Minggu, 20 April 2008

WHO-4


Sepanjang awal pertengahan tahun seperti ini sudah sewajarnya cuaca menjadi lebih dingin karena mulai hujan deras. Tak terkecuali disebuah kota kecil yang cukkup maju seperti kota Northdost. Tapi tampaknya riuh rendah titik-titik hujan yang menghantam atap perumahan sedikit tersaingi oleh berita satu tindak kriminal kejam.
Tepat tanggal 19 juli, pukul 12.00 seorang wanita paruh baya ditemukan tewas tergeletak ditepi jalan Sakarbokrasta yang kotor tergenang Lumpur_tidak seperti biasanya. Satu-satunya saksi mata mengaku pada saat kejadian melihat seseorang setinggi 165-an cm berlari ditengah hujan lebat bermantel kelabu mengarah kesebuah jalan buntu.
Sepanjang jalan tersebut berdiri 3 buah rumah megah yang dihuni oleh 2 orang gadis dan seorang pria yang kesemuanya belum menikah.
Adalah Shawn, seorang detektif amatir mencoba menguak misteri pelaku pembunuhan ini sambil menunggu datangnya polisi. Tepat pukul 01.00, iapun mendatangi satu persatu calon tersangka dan menanyakan hal yang sama, yaitu:
Apa yang anda lakukuan pada waktu kejadian?
Jawaban mereka adalah:
Sarah, 23 th : 160 cm
Saya sudah 1 bulan terbaring karena sakit dan tidak beranjak kemana-mana.
Leo, 32 th : 170 cm
Saya baru saja tiba dari luar kota pukul 12.30 siang ini, jadi saya juga baru tahu ada kejadian seperti ini.
Emy, 29 th : 165 cm
Saya pukul 10.00 hingga pukul 12.30 menonton film dibioskop seberang jalan.
Karena para polisi telah tiba dilokasi, maka seperti biasa merekapun pasti mencari saksi dan bukti-bukti di TKP. Hasilnya ternyata tak jauh berbeda dengan yang diperoleh Shawn, yakni 3 orang calon tersangka, sama persis seperti dugaannya. Ketika diinterogasi, ketiganya spontan emosi karena ditanyakan hal yang sama berulang-ulang. Merekapun menegaskan bukti bahwa mereka tidak terlibat. Shawn sendiri diam-diam kembali mendengarkan pengakuan mereka bertiga.
Leo :sebenarnya saya tidak punya waktu untuk hal tidak berguna seperti ini. Saya datang kemari dengan helikopter pribadi. Silahkan periksa jadwal penerbangan dikota Binaranchu, tempat dimana saya lepas landas.
Sarah :sayakan sudah bilang bahra saya ttelah lama sakit, kalau tidak percaya ini Medikal Check dari doktyer. Lagi pula, untuk apa saya ketempat yang penuh dengan Lumpur tersebut?!
Emy :ini tiket yang saya beli untuk menonton film berdiskon tertsebut. Silahklan anda tanyakan pada petugas loket yang ada.
Menurut tetangga korban, ketiga calon tersangka tersebut memang sering berselisih paham dengan korban, maka tak heran jika merekapun memiliki alasan untuk menghabisi nyawa Nyonya Fina.
Mampukah anda menangkap pelaku peristiwa ini yang ternyata telah menampakkan batang hidungnya yang berlumuran lumpur darah?
Sebab, tampaknya pelaku pasti berniat untuk segera kabur karena kini ia telah menampakkan sedikit ekspresi ketekutan karena secara tidak sengaja telah mengakui semua perbuatan kotor miliknya.

WHO-3


ernyata benar apa yang sering temanku Andi maupun para penulis lainnya katakan bahwa menulis itu tidak gampang. Terutama menceritakan kisah yang pernah dialami oleh orang lain.
Seperti cerita yang teman baikku ini alami. Ia mengisahkan bahwa kemarin saat ia sedang berangkat kesekolah, ia melewati jalan memotong dibibir pantai. Sewaktu melewati tikungan kekanan, ia menyaksikan seorang wanita turis asing terduduk dengan posisi seakan baru saja tertabrak seseorang_sedang berteriak minta tolong.
“HELP!!! PLEASE HELP ME SON!!” Serunya kepada Andi.
Melihat hal tersebut, Andi segera menghampirinya sambil bertanya apa yang terjadi padanya.
Iapun memberi tahu bahwa ia baru saja ingin dijambret seseorang. Sobatku ini lalu bertanya kemana pelakunya kabur.
“HE RUN TO THAT SIDE!!” Katanya dengan menunjuk kesalah satu jalan yang ada disimpang tiga itu.
Merasa tahu bahwa jalan yang ditunjuk adalah jalan buntu, Andi pun segera berlari setelah sebentar memandang butir-butir mutiara yang telah terlepas ikatannya bertaburan dengan berantakan dilapisan teratas jalan kecil tersebut.
Namun yang ia temui tidaklah semudah yang dibayangkan. Ternyata diujung jalan itu terdapat 3 orang yang sangat mencurigakan dan berpotensi menjadi pelaku. Data-data mereka adalah sebagai berikut:
Pertama;
Gadis bernama Silvia, ia ditemukan sedang berdiri kelelahan sehabis jogging dan berada didepan box minuman otomatis sambil mengenakan dan mendengarkan lagu keras dari walkman dikedua telinganya. Ia berkata bahwa sesaat tadi merasa memang ada orang yang masuk kedalam WC umum dengan tergesa-gesa. Namun ia tidak pasti ada berapa orang, ia juga tidak melihat apakah yang datang itu pria atau wanita dikarenakan ia membelakangi pintu WC. Kejadiannya pun berlangsung cukup cepat, ditambah lagi suara dari musik Rock yang didengarnya. Ia hanya sempat melihat ketika pintu WC telah ditutup dengan keras seolah dibanting.
Kedua;
Tuan Rendy, ia ditemukan berada dalam WC umum pria dan berkata sudah lebih dari 5 menit. Ia jug mengaku mendengar langkah-langkah berlari dan suara pintu WC disebelahnya dibanting cukup keras. Ia bersaksi bahwa telah berada disitu jauh sebelum kejadian berlangsung.
Ketiga;
Nyonya Wenny, ia ditemukan berada didalam WC umum wanita sambil menangis. Mengaku baru saja masuk ke WC tersebut. Ia mengatakan bahwa sebelum di WC, ia sempat duduk dibangku taman yang menghadap kelaut dipinggir jalan menuju jalan buntu ini. Waktu itu ia sempat merasa melihat sekelibat bayangan orang sedang berlari dengan tergesa-gesa. Ia sendiri menangis karena semalam baru saja putus dengan pacarnya ditaman ini.
KETERANGAN 1. SYLVIA
2. RENDY
3. WENNY
4. NY RICHIE
5. TONG SAMPAH
Kemudian Andi melapor kepolisi yang langsung melakukan olah TKP dengan cukup rumit. Didalam tong sampah ditemukan jubah yang dikenakan oleh pelaku,dan disusul dengan ditangkapnya pelaku kejahatan ini. Kenyataan yang terjadi memang diluar dugaan, ternyata korban mengenal pelaku tersebut. Mereka bersekongkol memainkan drama kriminal ini agar Nyonya Richie dapat memperoleh ganti rugi dari asuransi.
Menurut catatan kepolisianpun Nyonya Richie pernah beberapa kali terlibat dalam aksi tipu-menipu, namun ia dengan mudah lolos karena belum ada bukti yang cukup kuat untuk menangkap dirinya.
Menurut Andi, setelah mengingat-ingat kejadian yang menimpa dirinya dari awal hingga akhir, ia merasa bahwa untuk menangkap pelaku tersebut sangatlah mudah. Bahkan kita tidak memerlukan polisi maupun olah TKP, hanya membutuhkan logika. Aku juga sependapat dengan dirinya.
Bisakah kalian menebak pelaku penjambretan ini dengan mengandalkan data-data yang telah kupaparkan sebelumnya…?

WHO-2


Permulaan tahun 1784,sebuah sarana transportasi yang mampu menjelajah benua serta melintasi samudera menuju ketempat tujuan umat manusia yang menaikinya semakin populer.
Ditahun yang sama juga telah terjadi pembunuhan yang menggemparkan seluruh dunia. Bagaimana tidak,seorang jutawan termuda bernama ‘Roger Trump’ tewas terbunuh disebuah pulau pribadi miliknya. Diduga salah satu dari tiga saudara kandungnyalah yang telah merenggut nyawanya. Motif sang pembunuh sangat jelas,yaitu harta warisan miliknya.
Meski Roger merupakan pengusaha terkaya no 3,ia tetap saja melajang karena baru berumur 25 tahun. Ia dapat menjadi milyuner berkat kerja kerasnya yang telah menghasilkan sebuah terobosan luar biasa dibidang usahanya.
Roger ditemukan tewas terkapar didekat villa tempat tinggalnya. Waktu itu tanggal 3 Maret,semua media informasi baik cetak maupun elektronik memberitakan kematiannya yang mengejutkan. Ia dibunuh dengan sadis.
Pada saat bersamaan,ketiga saudaranya beberapa hari sebelumnya sudah berada dipulau tersebu_yang hanya dapat dijangkau dengan pesawat pribadi.
Mereka adalah:
Lara Trump,usia 19 tahun. Mulai mengikuti jejak kakaknya sang jutawan menjadi pengusaha sejak setahun yang lalu. Ia tiba dipulau tersebut pada tanggal 25 Pebruari & kembali keesokan harinya.
James Trump,usia 22 tahun . seorang pengangguran. Ia hanya hidup dengan bergantung kepada saudara-saudaranya. Tiba dipulau tersebut sehari setelah adiknya datang kemari. Ia tiba siang hari sedangkan sang adik tiba pada sore hari. Ia kembali bersama adiknya.
Andrew Trump,usia 32 tahun. Seorang direktur disalah satu perusahaan milik Roger . ia juga masuk dalam peringkat 10 besar orang-orabg terkaya didunia. Tiba dipulau tersebut sehari setelah adik keduanya tiba dan kembali pada hari yang sama dengan hari kedatangannya.
Para polisi menginterogasi mereka bertiga dengan sangat ketat. Hasil yang diperoleh juga sangat memuaskan,karena dapat ditangkapnya seorang pembunuh berdarah dingin yang tega menghabisi nyawa saudaranya.
Dapatkah anda mencari tahu siapa pelaku pembunuhan kali in? dan memperkirakan kapan hari dan tanggal tewasnya korban?
Anggap saja tanggal 1 pebruari adalah hari Selasa,dan menurut tim forensik korban diyakini telah tewas sekitar antara 3 s/d 5 hari yang lalu sejak ia ditemukan.

WHO-1


Perusahaan pembuat IC yang bernama PT TRANSMITION kehilangan emas seharga miliyaran rupiah. Pada malam kejadian hanya ada 4 pekerja diruangan khusus tempat emas itu digunakan sekaligus disimpan. Emad tersebut biasa disimpan didalam lemari besi dengan kunci khusus yang hanya ada 5 buah didunia. Keempat orang tersebut masing-masing memilikinya,serta 1 buah kunci dipegang oleh leader mereka. Setelah diselidiki, Leader mereka memiliki alibi yang sangat kuat sehingga terlepas dari dugaan sebagai pelaku.
Kini mereka berempatlah yang menjadi saksi utama sekaligus calon tersangka. Adapun nama-nama mereka adalah sebagai berikut:
HENRY KEITH, 22 th
Seorang sarjana tekhnik elektronika yang lulus dengan nilai memuaskan. Ia berasal dari keluarga yang kaya dahulunya. Ayahnya seorang pengusaha pengalengan ikan yang kini telah bangkrut. Namun deposiyo yang diwariskan pada ibunya masih cukup untuk menghidupi keempat adiknya yang masih sekolah. Oleh sebab ia anak tertua yang telah bekerja,mau tidak mau ia harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri.
BILLY JACSON MC FLY, 23 th
Anak tunggal dari keluarga sederhana. Ibunya telah meninggal. Ia anak yang pendiam dan jarang bergaul. Ia telah bekerja diperusahaan ini atas jasa salah satu bos sekaligus atasan ayahnya.
TOMMY MORRISON, 32 th
Seorang ayah dari seorang istri dan 3 orang anak_2 lelaki dan seorang perempuan. Telah bekerja selama 4 tahun diperusahaan ini serta pernah mendapat penghargaansebagai karyawan teladan setahun yang lalu. Namun akhir-akhir ini ia seding mengalami masalah,yaitu istrinya yang berumur jauh dibawahnya tertangkap selingkuh dengan tetangganya,iapun lalu menggugat cerai istyrinya. Persidangannya sendiri akan dilaksanakan minggu depan.
STEVE ROBERT FOLDREY, 45 th
Seorang duda beranak dua yang kesemuanya sedang kuliah di Singapura dan Australia,sehingga kini ia harus bekerja keras untuk mencukupi dan membiayai keperluan anak-anak dan dirinya sendiri. Kelakuannya kasar dan sering membuat onar diluar perusahaan. Ia cukup bernasib beruntung karena masih bekerja .
Keamanan perusahaan ini sangat ketat. Hanya ada satu pintu keluar yang selalu disiagakan seorang satpam berpengalaman. Pergantian shift dipos penjagaan tersebut terjadi setiap 8 jam sekali,dan seorang satpam tidak diperkenankan bekerja lebih dari waktu tersebut.
Adapun pergantian shift satpam adalah sebagai berikut:
Sedangkan pergantian shift karyawan adalah sebagai berikut:
Sedangkan data-data kedua poenjaga adalah sebagai berikut:
GEORGE MC FLY, 53 th
Ia memiliki seorang putra. Istrinya telah meninggal dunia 18 th yang lalu. Dua tahun lagi ia akan pension karena masa kerjanya telah habis. Ia berencana menikmati masa tuanya dengan menggunakan dana pension miliknya yang tidak terlalu besar.
NEIL GIBSON, 34 th
Seorang suami yang setia, namun belum juga dikaruniai seorang anakpun. Ia dan istrinya bererncana berangkat keluar negeri untuk menjalani proses bayi tabung yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ia sudah 2 tahun bekarja diperusahaan ini. Kelakuannya cukup baik,namun sebulan yang lalu ia pernah terlibat perkelahian dengan Steve Robert tanpa sebab yang jelas.
Kira-kira,siapakah para pelaku pencurian emas dalam kisah ini?

TEMAN TERSANGKA


eminggu telah berlalu sejak pembunuhan penghuni kamar kost yang ada disamping rumahku. Hari ini liburan, Shawn mengajakku kepantai. Karena sangat jarang sekali ia mengajakku untuk menikmati liburan seperti ini, maka akupun langsung meng_iya_kannya.
“Kita kan juga manusia yang membutuhkan hiburan Andi,” katanya saat kami berjalan dibibir pantai sambil menikmati jilatan-jilatan ombak pasang yang berbuih lembut.
Tak jauh dari tempat kami berdiri,terlihat seonggok manusia yang berkerumun dengan tiga orang polisi. Seolah dituntun oleh angin laut, kamipun mendekatinya.
“Kami mohon kalian berempat mau kekantor polisi untuk diinterogasi”
“Jadi kami langsung menjadi tersangka hanya karena kami berada dipantai_ditempat seorang pencuri sepeda motor berhnti?!” Seru seorang pria yang berbadan kecil namun cukup kekar,serta memakai Jean’s biru berjaket kulit dan berkaos merah didalamnya.
“Bukan…,bukan menjadi tersangka,” polisi tersebut seolah berusaha menjelaskan “Anda semua hanya akan diinterogasi sebagai saksi,serta alibi anda semua pada waktu kejadian” tambahnya lagi.
“Ada apa Tuan Ahmad?” Tanya Shawn kepada polisi penanggung jawab kasus yang kemarin baru dipecahkan olehnya.
“Oh…kamu rupanya. Bukan kasus yang rumit. Kami hanya tinggal menangkap rekan pencuri yang ada diantara mereka berempat. Jadi saya rasa kami tidak membutuhkan bantuanmu bocah” katanya seolah kurang menyenangi kehadiran kami.
“Saya rasa juga demikian Tuan” kata Shawn “Tapi sudikah anda berbagi fakta tentang kasus ini?” bujuknya “Yah..,anggap saja sebagai pelajaran berharga bagi kami” ia menambahkan.
Tapi,seolah tak menghiraukan permohonan Shawn, polisi tersebut kembali memaksa keempat calon tersangka tadi untuk mau kekantor polisi. Shawn sendiri terlihat sedang mendekati satu dari dua orang polisi yang ada didekat beberapa sepeda motor.
“Saya harap kamu bisa memecahkan kasus ini lebih dulu daripada dia, ”Kata polisi yang agak sedikit gendut seraya menoleh kearah Tuan Ahmad. “Nama saya Tony, saya sangat terkesan dengan semua analisis anda Nak Shawn”
“Wah, saya tak menyangka ada yang menggemari saya” Shawn seolah terkesima “Kalau begitu, maukah Tuan menceritakan kasus ini kepada saya?” katanya lagi.
“Memang kasus ini terlihat mudah,jadi wajar saja Tuan Ahmad meremehkannya. Tetapi saya rasa,kasus ini makin lama malah semakin sulit” ia bercerita “Pencurian ini bermula kira-kira satu jam yang lalu, sewaktu korban yang bernama Nyonya Yenny memarkirkan motornya ditepi jalan didepan rumahnya. Ia ingin pergi kekota, namun lupa mengunci pintu rumah, itu sebabnya ia tidak memarkirkan motornya didalam pekarangan rumahnya. Kemudian ia melihat dua orang berboncengan sepeda motor beberapa kali lewat. Nyonya yenny mulai curiga, tapi dikarenakan jarak rumahnya kejalan lumayan jauh, iapun hanya bisa berteriak saat seorang pria membawa kabur motornya”
Seakan mengerti bahwa kisah yang ia ceritakan belum selesai, sobatku inipun bertanya “Lalu?”
“Lalu kami setelah mendapat laporan,langsung bmelakukan razia dan berhasil menangkap pria yang membawa lari motor Nyonya Yenny, sedangkan teman pelaku dilaporkan melarikan diri kepantai ini”
“Apa korban tahu wajah perampok yang satunya lagi?”
“Ia hanya tahu bahwa perampoknya berjumlah dua orang,” ia menyayangkan “Yang pasti, seorang pria namun yang satunya lagi memakai helm dan mantel sehinghga ia tidak tahu apakah itu pria atau wanita” katanya lagi
“Kalau begitu, apakah korban tidak ingat dengan suara motor sipelaku?” aku bertanya
“Aku mengerti maksudmu Andi,” kata Shawn “Kamu pasti bermaksudmembawa korban kemari untuk memastikqnmotor mana dari keempat motor ini yang ia dengar suaranya bukan?”
“Ya…kurang lebih begitulah” kataku
“Tapi coba kamu lihat, meskipun keempat motornya berbeda,namun keempat motor ini berjenis yang sama. Lagipula keempatnya terlihat lumayan baru. Paling baru setahun dipakai,jadi suaranyapun hampir mirip semuanya sehingga sangat sulit apalagi bagi seorang wanita untuk mengecam dan membedakan suaranya” jelas Shawn.
Mendengar pernyataan seperti itu, aku sih hanya bisa diam sambilmembenarkan dalam hati semua perkataannya.
“Jadi motor yang dicuri telah ditangkap?” Tanya Shawn kepada Tuan Tony sambil mendekati empat buah sepeda motor yang masih terlihat lumayan baru.
“Ya” jawabnya singkat.
“Lalu keempat motor ini masing-masing milik mereka?”
“Hmm…,iya” katanya setelah sejenak berpikir. Iapun menjelaskan “Motor hitam ini milik wanita yang memakai rok pendek berwarna gelap dan berkaos putih, namanya Alice. Sedangkan motor yang berarna merah ini milik wanita yang memakai celana panjang dan bertopi,namanya Elie” Sambil mendekati motor yang lainnya, ia terus bicara, “Lalu motor berspion dua standar ini kepunyaan pria berkaca mata tebal yang memakai kemeja lengan pendek, namanya Ferdie. Dan motor hijau ini kepunyaan pria kurus yang sedari tadi berbicara penuh emosi kepada Tuan Ahmad, namanya Chris”
“Tuan Tony, bisakah anda menghidupkan motor-motor ini satu persatu?” tanya Shawn penuh harap.
“Maksudmu motor-motor ini?” ia balik bertanya
“Ya”
“Tentu saja, tapi hanya dihidupkan saja ya..?”
Shawn menganggukkan kepala tanda setuju. Akhirnya keempat motor tersebut telah dihidupkan satu presatu. Kalau menurutku,tak ada yang aneh kecuali reaksi dari keempat motor tersebut yang berbeda-beda sewaktu dihidupkan. Maksudku adalah, pada motor Chris persnelingnya masuk, pada motor Ferdie mudah mati, lalu Elir punya agak sulit untuk dihidupkan, sedangkan motor Elice lampunya menyala.
Setelah itu Shawn mengajakku bertaruh,apakah hipitesis yang akan diutarakannya benar. Aku agak terkejut meski biasanya ia juga begitu.
“Siapa Shawn pelaku dikasus ini?”
“Akan kuberikan petunjuk untuk memecahkan kasus ini padamu Andi” ia berkata “Kuncinya ada pada STEP_ya, injakan untuk penumpang pada motor teman sipelaku” tambahnya lagi.
Aku langsung mengalihkan pandangan dari wajah sobatku ini kearah empat motor tersebut. Dan ternyata,memang ada sebuah motor yang STEP-nya turun. Tapi anehnya hanya sisi kirinya saja yang turun, sedangkan yang lainnya tidak.
Meskipun aku tahu motor mana yang STEP-nya bermasalah, tetap saja aku bingung.
“Sudahlah Shawn, kamu akhiri saja kasus ini agar mereka semua lega” aku mengusulkan
“Baiklah, karena kamu yang minta, akan kubantu Tuan Ahmad yang angkuh itu.
Kamipun segera kembali mendekati polisi-polisi tersebut yang kurasa masih tetap berdebat dengan para calon tersangka itu.
“Aku sudah tahu siapa teman pelaku pencurian ini!” kata Shawn seolah membalas keangkuhan Tuan Ahmad.
“Hei bocah, akukan sudah bilang…..”
“Biar saya menyelesaikannya Tuan” sela Shawn. Iapun kembali bicara “Dalam kasus ini ada beberapa poin yang harus kita genggam dan pahami” ia menambahkan “Pertama kita harus tahu bahwa ini adalah kasus pencurian yang tidak direncanakan”
“Bagaimana kamu bisa menyimpulkannya?” Tanya Tuan Ahmad yang tetap belum dapat menerima penjelasan temanku ini.
“Sangat mudah Tuan Ahmad,sangat mudah. Itu disebabkan oleh kesaksian Nyonya Yenny yang sempat melihat dua orang mencurigakan beberapa kali lewat didepan rumahnya. Semua itu tidak lain untuk memastikan daerah disekitar target operasi yang baru saja mereka temukan memang benar-benar aman” kembali temanku ini mengutarakan analisisnya
“Lalu poin kedua adalah,siapakah teman pelaku? Jawabnya dapat kita ketahui hanya dengan melihat motor-motor milik keempat calon tersangka ini yang satu diantaranya merupakan tersangka sebenarnya” Shawn lalu menambahkan “Hanya ada satu motor yang STEP-injakan penumpangnya yang turun. Itu membuktikan bahwa motor tersebut baru saja dibawa berboncengan. Sehingga, yang menjadi teman pelaku adalah anda NONA ALICE…!!” Seru shawn sambil menatap lekat-lekat sang tertuduh.
“Tunggu dulu pak polisi,” ia menyela
“Saya memang baru saja berboncengan. Tapui yang saya bawa adalah kakek saya untuk pergi kerumah sakit,bukan seorang pencuri seperti yang dituduhkan bocah ini “ ia membantah.
Disaat yang sama Tuan Ahmad pun meremehkan hipotesis temanku ini. Ia berkata “Penjelasanmu memang sedikit masuk akal,namun hipotesa ini sangat rapuh”
“Oh ya…?!” balas Shawn “Tapi menurut saya malah sebaliknya Tuan Ahmad” shawn memalingkan pandangan kearah Nona Alice.
“Baiklah. Bila anda ingin mengelak,itu hak anda Nona. Tapi tadi anda mengatakanbahwa anda baru saja membonceng seorang kakek sebelum datang kemari. Tapi apakah masuk akal bila ada kakek-kakek yang duduk dibelakang, hanya menurunkan STEP kirinya saja? Padahal disisi kanannya terdapat knalpot yang panas” Shawn menegaskan
“Dan lagi, yang saya maksudkan tadi dengan bibonceng adalah bukan seorang pria, melainkan wanita, yaitu anda sendiri” Wajah Nona Alice mulai terlihat berubah ketika mendengar perkataan terakhir dari Shawn tadi. Shawn menambahkan,
“Dari keempat tersangka,hanya andalah yang mungkin menjadi teman pelaku. Mengapa? Tak lain itu disebabkan oleh anda sendiri yang hanya dapat duduk menyamping dikarenakan rok yang anda kenakan”
“Tapi…” Nona Alice tetap ingin membela diri
“Sudahklah Nona,kebohongan kecil memang membutuhkan kebohongan yang lebih besar untuk menambalnya. Namun kebohongan hany akan tetap menunggu untuk terbongkar” Kata Shawn “Bila anda tetap bersikeras tidak mengaku,saya juga punya bukti nyata bahwa anda pernah dibonceng oleh pelaku” tambahnya lagi
“Apa itu?” Tanya Tuan Ahmad yang kini mulai sedikit mempercayainya dengan gayanya yang khas.
“Silahkan dicek sidik jari yang menempel pada tombol lampu motor Nona Alice. Saya berani bertaruh bahwa sidik jari pelaku yang telah anda tangkap ada ditombol tersebut,karena pada waktu kejadian hujan sedang turun dengan lebatnya. Maka, siapapun yang sedang mengendarai motor pastilah menyalakan lampu. Dan satu lagi,Tuan Ahmad. Saya juga menjamin ketiga orang ini_yang sedari saya berbicara tiba-tiba diam,bersih dari kasus ini. Karena mereka telah berada disini sekitar lebih dari dua jam yang lalu,tentunya sebelum turun hujan dan tindak kriminal ini terjadi” kata Shawn mengakhiri analisanya.
Mlm, 04 Sept 2006

RACUN AJAIB


isah ini terjadi sekitar setengah tahun yang lalu, tepatnya menjelang liburan semester ganjil ditahun pertamaku sekolah SMA. Sebuah gudang bekas pos penjagaan dijalan Kesatria ialah saksi bisu atas tewasnya seorang anak kepala kepolisian Reskrim Tanjung Uban.
Saat itu aku dan Shawn sedang dalam perjalanan pulang sekolah, dan tiba-tiba terlihat sesosok pria berlari dari depan tepat menuju kearah kami.
“Tolong!!” katanya sambil berseru dengan setengah nafas yang menggantung.
“Hei…ada apa?!!” Tanyaku
Masih dengan nafas berantakan ia berkata “Tolong saya, teman saya tewas disana!” katanya seraya mengayunkan jari telunjuknya kearah sebuah bekas pos penjagaan.
Mendengar penuturannya, Shawn langsung sigap berlari diikuti langkahku dibelakang bayangannya.
Bila aku tiba diambang pintu pos tersebut, Shawn telah ada didalamnya sesaat lebih cepat. Diaitu terlihat seorang remaja sekitar 17 tahun tergeletak kaku diam dengan bibir yang membiru pucat.
“Apa ia sudah tewas?” tanyaku gugup,maklum ini baru kali kedua aku melihat secara langsung mayat manusia.
“Ya” jawab Shawn “Tampaknya ia keracunan sesuatu” tambahnya lagi sambil memalingkan pandangan kesekitar TKP.
Disitu teronggok 8 botol minuman beralkohol golongan B dan 5 bungkus kosong rokok serta plastic bekas pembungkus makanan ringan.
“Tak diragukan lagi, mereka pasti habis pesta miras semalam”
“Tapi aku tidak membunuhnya!!” seru pria tadi.
“Oh ya Andi, bisakah kamu memanggil polisi kemari?”
“Tentu saja Shawn” kurogoh saku celanaku untuk mengeluarkan Handphone.
“Siapa sebenarnya anda? Dan siapa saja yang bersama kalian semalam?” Tanya Shawnyang baru meespon pertanyaan pria ini tadi.
“Kami adalah 5 orang pelajar disekolah tehnik elektronika dijalan Padjadjaran tahun ke 3. Ini pertama kalinya kami minum disini” jawabnya kali ini dengan nafas yang mulai teratur.
“Kalau begitu biasanya kalian dimana?”
“Biasanya sih kami dirumah Faril, tapi semalam ayahnya sedang ada dirumah mengadakan rapat” ia menambahkan “Aku rasa, kami semua pasti akan sangat kehilanga dirinya”
“Aku sudah melapor Shawn, katanya sebentar lagi mereka akan tiba” kataku
Seperti tak menggubrisku, Shawn bertanya “kalau boleh saya tahu, siapa nama anda dan ketiga teman anda yang lain?”
“Aku Jhon, sedangkan temanku yang lain adalah Adi, Yanto dan Indra”
“Kamu bisa memanggil mereka kemari?” Sahwn berkata seraya berbisik kepadaku untuk meminjamkan teleponku padanya.
“Ya, aku rasa bisa” jawabnya
“Tapi ingat, jangan beritahukan apa yang telah menimpa teman anda ini” seru Shawn.
Sambil menanti ketiga temannya dan para polisi tiba, ia mengatakan bahwa semalam ia bersama Faril, Yanto dan Adi sepakat untuk berkumpul disini, korban lalu menyuruh Yanto dan Adi masing-masing agar membelikan 6 botol minuman dan 2 bungkus rokok serta makanan didua tempat yang berbeda.
“Pukul berapa?” potong Shawn
“Sekitar pukul 20.00 s/d 20.45” jawabnya sesaat setelah memandangi jam tangan miliknya.
“Lalu?”
“Lalu sehabis mereka kembali, kamipun langsung berpesta. Hingga pukul 21.10,Indra datang membawa 2 botol minuman dan 3 bungkus rokok”
“Apa dia tahu kalau kalian akan minum disini?” tanyaku penuh selidik
“Tentu saja tahu. Faril sering mengajaknya minum, namun setelah adiknya meninggal karena OD, ia kemudian jarang mau datang bila kami ajak”
Ia menuturkan, “
“Kemudian seingat saya, saat menjelang pukul 23.00, Indra mengajak Yanto dan Adi untuk menginap dirumahnya setelah sebelumnya ia teringat akan siaran langsung liga sepakbola Eropa yang tak lain merupakan hobi mereka. Setelah merasa puas minum, merekapun sepakat untuk bergegas menuju kerumah Indra yang kebetulan kedua orang tuanya juga sedang keluar kota. Meski minuman masih tersisa kurang lebih 1 botol, akhirnya Faril dan akulah yang melanjutkan pesta tersebut hingga terlelap. Dan seperti apa yang kalian lihat, bila aku tersadar aku sangat terkejut setelah tahu bahwa Faril telah tewas terbujur kaku disampingku”
Seolah telah diatur sang waktu, saat ia selesai bercerita, para polisi dan ketiga saksi yang kami tunggu-tunggu tiba. Para polisi langsung mengamankan TKP. Tim Forensik memberitahukan bahwa korban memang diracun dan reaksi racun ditemukan dari sebuah botol minuman dan gelas plastik yang dicurigai digunakan korban. Namun diperlukan waktu sekitar 3 jam untuk mengidentifikasi secara tepat apa jenisnya.
Tapi yang sangat mengejutkanku adalah korban merupakan putra tunggal dari kepala polisi Reskrim didaerah sini. Ayah korban sangat syok denga apa yang menimpa putranya. Ia menugaskan langsung pasukan khusus untuk menyelesaikan dan menangkap pelakunya.
Bicara soal pelaku, ternyata ketiga tersangka selain Jhon adalah remaja yang masih belia. Yang pertama Adi, cowok berambut cepak dengan tinggi 160_an, ia agak kurus dan berpenampilqan rapi. Yang bertopi dan paling pendek adalah Yanto. Aku rasa ia sering ngumpul sama anak-anak punk, itu terlihat jelas dari gayanya. Dan yang terakhir adalah Indra. Badannya cukup berisi dengan rambut gondrong berbelah tengah. Kira-kira begitulah yang dapat kugambarkan tentang para tersangka dalam kasus kali ini.
Seperti yang kita tahu, Pasukan Khusus Kepolisian ‘slasher’ sangat tidak menyukai kehadiran orang awam. Kamipun diusir menjauhi TKP.
Tapi tampaknya sobatku ini belum cukup puas dengan penyelidikannya, iapun beralasan bahwa ada barang miliknya yang dirasa terjatuh didalam. Aku rasa ia ingin mencari tahu sesuatu disekitar lokasi bermasalah tersebut. Meski ia akhirnya diusir keluar secara paksa, namun jelas terlihat ia menyunggingkan senyuman kemenangan khas miliknya.
“Ayo Andi kita pergi. Kita harus kerumah pamanku,dokter Andre untuk membantu menyelesaikan kasus ini”
Belum sempat penasaranku menghilang,Shawn mengeluarkan sebuah kertas dari saku celananya.
“Apa itu Shawn?”
“Tadi aku sempat mengambil daftar berita interogasi polisi-polisi itu”
“Gila!!” kataku kaget “Apa ng’gak bahaya?”
“Tenang sobat, saat mereka menyadarinya,kita mungkin telah menangkap pelakunya”
“Menurutku bukankah Jhon_lah yang paling berpeluang membunuh Faril?”
“Tidak Andi. Ia malah sangat tidak mungkin untuk membunuh. Coba kita pikir, apakah mungkin pelaku mau menghabiskan minuman beracun miliknya bersama korban? Bisa-bisa ia juga tewas” jawab Shawn sambil terus membaca kertas yang berhasil ia ambil tadi di perjalanan menuju rumah pamannya.
Kini kami tiba disebuah rumah yang lumayan besar bercat putih bersih. Setelah menemui satpam, kamipun diantar masuk dan menemuinya. Yang benar sih hanya Shawn yang menemuinya, aku sendiri terpaksa pergi ketoilet karena benar-benar tidak tahan untuk menahan keinginan untuk buang air kecil. Begitu aku selesai, tahu-tahu Shawn telah menunggu didepan rumah bersama seseorang yang aku rasa adalah dokter Andre. Menurutku ia orang yang ramah dengan kulit sawo matang dan berkacamata layaknya para petugas-petugas kesehatan yang biasanya ada.
Kamipun pamit dengan aku yang tak sempat meski untuk menjabat tangannya.
“Hey Shawn,” kataku “Kasih tahu dong apasih yang kamu dapatkan dan cari tahu dari tadi?”
Sobatku ini diam beberapa detik, lalu ia mulai bersiap untuk bercerita.
“Pada kasus ini aku tahu keanehan-keanehan apa saja yang ada di TKP berkat berkas penytelidikan polisi” Kata Shawn sambil memberikan beberapa lembar kertas padaku.
“Coba lihat ‘Barang Bukti’ dihalaman 2. Disitu tertulis lengkap apa-apa saja yang ada dilokasi kejadian, yang paling aneh menurutku adalah rokok”
“Kenapa memangnya dengan rokok?” tanyaku
“ Disitu tertulis 5 bungkus kosong rokok,”
“Ya,lalu?”
“Sejak pertama kali aku masuk kedalam bekas pos penjagaan itu, aku sudah sangat curiga pada bungkus-bungkus rook-roko tersebut. Khususnya segel pembungkus rokok itu yang tidak kutemukan”
“Maksudmu rokok berfilter atau tidak?” Lagi-lagi aku bertanya mencari kejelasan perkataannya
“Tentu saja segel dari 3 bungkus rokok kretek”
“Kalau boleh aku menebak, apakah kamu berfikir bahwa racunnya diolesi pada batang rokok-rokok itu Shawn?”
Temanku ini hanya tertawa kecil mendengar perkataanku
“Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan Andi,sudah sangat jelas bahwa racunnya dilarutkan didalam botol minuman keras. Yang dapat aku simpulkan dari bungkus rokok tak bersegel tersebut adalah, kemungkinan besar rokok-rokok itu telah diisi dengan penawar racun yang berbentuk daun mirip tembakau. Seperti yang kita ketahui,rokok kretek lumayan keras, aku menduga itulah penyebab mereka mereka tidak menyadari ada campuran benda asing didalamnya. Ditambah lagi dengan kondisi mabuk yang mereka alami”
“Jadi maksudmu, yang telah meracuni Faril adalah Indra?!!” Aku berseru “Lalu,apa dan bagaimana caranya?” tanyaku lagi
“Baiklah,akan aku jelaskan” kata Shawn kepadaku sambil terus melangkah.
“Bagi Indra, cukup mudah untuk mengetahui apa jenis minuman yang biasa diminum korban. Iapun melarutkan racun kedalamnya. Agar tidak dicurigai, racun yang ia pilih merupakan racun istimewa. Racun tersebut dapat dinetralisir dengan cara menghisap asap dari daun suatu tumbuhan. Penawar tersebut ia selipkan didalam setiap batang rokok yang ia bawa. Itu sebabnya kenapa rokok-rokoknya tidak bersegel”
“Tapi Shawn,aku rasa…”
“Aku tahu Andi, apa yang ingin kamu katakan” Potongnya seolah mengerti pemikiranku.
“Kamu pasti berfikir bahwa tidak ada jaminan yang mampu menjamin bahwa korban tidak akan menghisap rokok milik Indra. Akupun pada awalnya berfikir demikian. Namun, kita sangat beruntung mengunjungi pamanku tadi. Ternyata korban adalah pasien pamanku. Faril menderita gangguan saluran pernapasan yang cukup parah hingga sering sulit untuk bernapas. Ia pernah berkata bahwa alkohol sangat membuat ia nyaman karena dapat membuat suhu tubuhnya meningkat, sehingga menjadikannya selalu lebih mudah untuk bernapas. Itulah yang menyebabkannya meminum alcohol, namun haram menyentuh rokok beberapa tahun terakhir ini_yang kurasa merupakan kartu As-nya pelaku. Kemudian setelah berhasil memberi minuman beracun kepada korban dan yakin bahwa hanya korban yang tidak merokok,iapun bergegas meninggalkan TKP dengan berbagai alasan. Yang penting cepat pergi. Meski racun ini cukup istimewa, tapi lumayan lambat dalam melumpuhkan targetnya. Kekurangan ini malah membuat Indra dapat dengan santai meninggalkan korban yang sudah sangat mabuk berat” kata Shawn
Ternyata dugaan temanku ini cukup akurat,dengan ditambah lagi kecurigaan polisi, Indra pun akhirnya mengaku telah membunuh Faril. Itu semua dikarenakan, Faril juga telah melakukan hal yang sama terhadap adiknya. Ia mendengar sendiri, sekitar 2 bulan yang lalu saat Faril sedang mabuk berat dirumahnya, ia berkata dalam keadaansetengah sadar bahwa dirinyalah yang telah membuat adik Indra over dosis setelah dipaksa meminum minuman beralkohol secara berlebihan.
Pg,17 Sept 2006

PERTEMUAN DAN KEMATIAN


pa ya rasanya kematian? Mungkin kita pernah mempertanyakannya, atau minimal memikirkannya. Yang pasti kurasa, kita akan tahu jawabannya saat kita mengalami dan merasakannya sendiri. Kira-kira inilah yang terlintas dipikiranku ketika aku menyaksikan drama berdarah saat pamanku_Yono meninggal dunia.
Padahal saat itu merupakan hari-hari terakir libur panjang sewaktu aku akan melanjutkan sekolah ke SMA. Aku menghabiskan waktu dengan menginap dipenginapan sewaan pamanku yang kebetulan sedang merayakan pesta pernikahannya diatas pegunungan yang membutuhkan waktu 2 jam perjalanan.
Angin berhembus kencang diluar, dipenghujung musim penghujan seperti sekarang ini memang sering terjadi badai hujan.
Namun tepat pukul 7 pagi, seolah bersamaan dengan melintasnya hawa sejuk diluar, bibiku menemukan suaminya tewas dengan tali melingkari lehernya tergantung kaku, pucat membiru beku mengenakan setelan jas hitam rapi.
Peristiwa ini sungguh membuat para penghuni penginapan yang tak lain merupakan sanak famili pamanku terkejut. Selain orang tua paman Yono, perayaan yang baru dirayakan semalam juga dihadiri adik pamanku_Aryo. Sedangkan Bibi ku tidak memiliki saudara satupun sejak kecelakaan hebat yang hanya mengizinkan dirinya seorang untuk melanjutkan kehidupan.
Sungguh ironis memang, padahal pamanku terlihat gambira semalam. Ia bahkan harus mengabaikan pekerjaannya untuk meraakan pesta kecil ini, yaitu undangan bermain sulap diacara ‘parade sulap’ tingkat nasional. Meski baru setahun ia menjadi seorang pesulap.
Krama_ayah dari pamanku lalu menghubungi kantor kepolisian sektor wilayah terdekat, tetapi ternyata badai yang sempat melanda semalam telah merobohkan beberapa tiang-tiang listrik dirute sepanjang jalan menuju kemari. Hal ini baru kami ketahui ketika anak pemilik penginapan yang memang kami baritahukan mengabarkannya. Sosoknya yang pendiam dengan tubuhnya yang agak kurus semakin membuat misterius kehadirannya. Ia bersikeras agar kami mau memperlihatkan dan menceritakan kejadian mengerikan yang baru kami alami.
“Namaku Shawn,anak pemilik penginapan ini” Katanya memperkenalkan diri.
“Ayahku adalah mantan polisi di Divisi kriminal kepolisian pusat, ayahku sedang keluar kota jadi akulah yang bertanggung jawab penuh atas segala kejadian didaerah sekitar penginapan ini” katanya lagi seolah ingin agar kami semua mau lebih mempercayainya.
“Aku masih belum dapat menerima ini semua” Bisik Aryo denan diiringi isak tangis Bibi Aini.
“Sebaiknya, apa yang harus kita lakukan terhadap jasad almarhum anakku?”
“Apa kalian belum menurunkan korban?” Ujarnya dengan sedikit ekspresi kaget
“Kami semua sungguh sangat takut nak” jawab Krama
“Kalau begitu lekas kita ke TKP” katanya sambil berdiri penuh semangat.
Sebenarnya aku tak berminat untuk kembali kekamar ini. Tapi tampajnya tak cukup tenaga para lelaki yang ada disini agar bisa menurunkan almarhum pamanku bila aku tak membantu. Setelah itu korbanpun ditutupi selimut dengan posisi yang wajar oleh istri Tuan Krama.
“Aku rasa ini akan sangat membantu penyelidikan para polisi nantinya” ia berkata sambil mngeluarkan alat tulis disaat kami semua berada diruangan keluarga penginapan ini.
“Maksudmu??!” Ujar Aryo seolah tak mengerti_sama sepertiku, terhadap bocah pemilik penginapan ini.
“Iya, seperti alibi kalian selama semalam, atau mungkin ada hal aneh yang terjadi disini mungkin?”
“Jadi kamu mencurigai kami?! Kami tak mungkin membunuhnya!!” Seru Tuan Krama dengan sedikit emosi yang mencuat keluar.
“Saya tidak pernah mengatakan bahwa kalian pantas untuk dicurigai sebagai pelakunya, saya hanya ingin mencoba meringankan tugas kepolisian. Apa bisa dimengerti?” Tanya_nya seolah telah mengetahui akhir kisah yang sedang kami lalui.
“Meskipun kami menyimpan perasaan dicurigai, kamipun mau untuk_ ya boleh dikatakan interogasi semiformal-lah olehnya.
Setelah bertanya macam-macam, tampaknya teman baru kami ini sangat bingung hingga tak menggubris pertanyaan dari Tuan Krama.
“Hei Nak!!!” Katanya untuk ketiga kalinya dengan sedikit nada bentakan
“EH…ya. A..ada apa?” Jawabnya kaget.
“Apa kamu tidak dapat berbuat sesuatu, atau paling tidak mencari tahu apakah polisi telah tiba?”
Dengan menghabiskan beberapa detik untuk sejenak berpikir, iapun berencana kembali kepondok utama seperti saran Tuan Krama.
“Hei sobat, sebaiknya kamu ikut denganku” Ajaknya yang kurasa sedikit memaksa
“Ya. Lebih baik kamu menemaninya Andi” Kata paman Aryo.
Kukira dia mengajakku hanya untuk menemaninya, namun ternyata ia ingin bertanya dan mengetahui lebih banyak tentang paman Yono. Mulai dari siapa saja keluarganya, temannya maupun musuhnya. Tapi dia lumayan terkejut ketika mengetahui pekerjaan pamanku.
Setelah menghubungi polisi dan memaatikan merek sedang on the way , iapun bergegas kembali kepenginapan kami.
Pintu depan penginapan ini ia buka dengan sedikit kasar, diikuti dengan kehadiranku yang dibayangi oleh hembusan angina lembab khas pegunungan. Disaksikan seluruh penghuni penginapan yang kebetulan sedang berkumpul diruang depan, iapun berlari kecil menuju TKP setelah sebelumnya samat-samat terdengar-mungkin hanya aku yang mendengarnya karena aku persis berada dibelakangnya saat ia berkata ‘semuanya sudah jelas’.
Denagn diiringi seluruh keluarga kecil ini-yang seperti semut sedang berbaris acak namun teratur mengikuti koridor sempit penginapan, akhirnya kami kembali memasuki kamar korban.
“Hei! Apa yang akan kamu lakukan??!” Teriak pama Aryo melihat Shawn mendekati jenazah pama Yono.
Namun sungguh tak pernah kami bayangkan kejadian yang kemudian berlaku.
Dengan tanpa ekspresi apapun, ia lalu menyibak kain penutup tubuh sang korban yang merupakan tabir awal pembuka seluruh masalah. Iapun membuka baju korban. Sangat mengejutkan atas apa yang diperlihatkan olehnya saat itu.
Dibadan jasad tersebut kami melihat tali seperti tali ransel pada kedua bahunya yang terus kebawah dan melilit diperutnya.
Paman Yono. Orang yang kami kenal ramah dan senag melucu, akhirnya tewas dikarenakan hobi sulap yang sangat ia senangi.
Ternyata ketika sedang menguji alat sulap baru miliknya yang bertemakan ‘Gantung Diri’ ini, tali pengaman yang dihubungkan langsung dengan peralatan keselamatan ditubuhnya terputus, sehungga tali dilehernya yang merupakan kamuflase belaka malah benar-benar menjerat leharnya diatas panggung percobaan eksekusi tiang gantungan miliknya.
Setelah para polisi tiba dan melakukan pemeriksaan seperti baisanya, kamipun dipersilahkan pulang, tentu saja setelah kami memberikan penjelasan dan dugaan atas tewasnya korban.
Kami semua pun mengakhiri acara menginap dipenginapan ini lebih cepat dari yang direncanakan. Aku cukup kedinginan sewaktu menunggu mobil milik paman Aryo menjemputku di beranda depan pondok utama, belum lagi huijan gerimis yang terus berlangsung. Beruntung secangkir teh panas menemaniku bersama Shawn disini.
“Oh ya, kalau boleh tahu dari mana kamu dapat menyimpulkan bahwa almarhum pamanku mengalami kecelakan, dan bukan bunuh diri ataupun dibunuh?”
Sambil meletakkan cangkir the yang barusan ia habiskan, ia berkata “Dari informasi yang kalian berikan memang sempat terlintas dugaan pembunuhan dipikiranku. Tapi aku cukup beruntung mengetahui bahwa pamanmu adalah seorang pesulap. Akupun berkeyakinan sangat besar bahwa ia bunuh diri, tapi ada yang aneh pada tubuh korban, mana ada sih orang bunuh diri mengenakan jas rapi dipagi hari seperti pamanmu?” Katanya mengakhiri pertemuan singkat denagn dirinya namun terus berlanjut hingga kini dan semoga terus untuk selamanya.
Mlm,18 Nov 2006

KECUPAN PAHIT


ebenarnya ini hanyalah kasus percobaan pembunuhsn biasa. Namun yang membuatku bersemangat untuk menulisnya adalah karena inilah saaat dimana Inspektur Ahmad telah mulai mempercayai temanku_Shawn dalam membantu menyelesaikan kasus-kasus yang ia tangani.
Sewaktu kami tiba dilokasi, Tuan Ahmad langsung menceritakan detail kejadiannya. Peristiwa ini bermula ketika Alvin, Beno, Elfo dan Dodi berencana untuk pergi kepantai. Mereka semua sepakat berkumpul dirumah Alvin.
Alvin adalah seorang kepala bagian disebuah perusahaan kimia. Orangnya kalem dengan perawakan agak kurus setinggi 169 cm.
Elfo sendiri adalah salah satu pekerja dipabriknya. Sedangkan Dodi adalah guru Biologi tingkat SMA, ia pernah menjuarai lomba Biologi tingkat guru se-Provinsi.
Beno adalah seorang pengangguran yang sudah dianggap seperti saudara oleh Alvin. Mereka berempat merupakan Alumni SMA 1 tahun ke-11 dan telah berteman lumayan akrab.
“Oke, besokkan hari libur. Aku sendiri sedng cuti tahunan. Gimana kalau kita jalan-jalan kepantai?” Usul Alvin.
“Ide bagus tuh!” Sambar Dodi “Jangan lupa bawa makanan yang banyak biar kita pesta disana. Ditempat biasa kan?” tambahnya.
“Ng’gak masalah, asal kalian mau naik bis. Soalnya mobilku lagi di service” Syarat Alvin yang langsung disetujui oleh ketiga temannya.
Keesokan harinya merupakan hari yang lumayan cerah dengan angin barat yang nyaman terasa ditubuh. Dirumahnya, Alvin sudah siap berangkat. Hanya tinggal menunggu teman-temannya datang. Soalnya ini baru jam 07.45, rencananya nanti pukul 10.00 mereka akan berangkat. 15 menit berlalu, disusul ketukan khas menggema menembus pintu depan rumah Alvin.
“Masuk aja. Oh, kamu Beno. Tumben cepet, biasanya ngaret?!” Kata Alvin kepada beno yang balik bertanya “Aku boleh nitip makananku dikulkasmu ya Vin?”
“Ya, taruh aja disitu. Asal jangan sampe lupa dibawa aja nanti!” Pesannya.
Seolah diatur sang peri waktu, kedua teman merekapun muncul dan bergabung bersama.
“Kok kalian cepet banget datangnya? Kan masih 2 jam lagi kita berangkat?!” Tanya Alvin.
“Habis semalam aku lupa belanja buat hari ini sih” Kata Dodi “Aku pikir sekalian aja kemari setelah dari minimarket. Kaliankan tahu sendiri rumahku jauh dari kota” Tambahnya.
“Kalo aku sih abis nganterin Oma_ku kebandara. Ya udah, biar ngirit dan ng’gak usah bolak-balik, aku langsung kesini deh”
“Emangnya Oma_mu mau kemana Elf?”
“Itu, mau ketempat saudaranya”
“Eh Ben, ambilin minuman sana dikulkas!” Seru Alvin.
Merekapun menikmati makanan dan minuman diruang keluarga. Tapi, tepat pukul 09.20, secara mengejutkan Alvin muntah-muntah. Lalu pingsan tak sadarkan diri. Elfo langsung menelepon ambulan dirumah sakit terdekat. Meski masih bernapas, nyawa Alvin cukup mengkhawatirkan. Petugas RS yang merasa curiga melaporkan kejadian ini kekantor polisi sektor wilayah pusat.”Jadi korban selamat?” Tanya Shawn
“Belum ada kabar lagi dari RS tersebut” Jawab Inspektur Ahmad.
“Apa saja yang sempat dimakan oleh korban pak?”
“Di TKP kami menemukan bungkus coklat, snack kacang dan kue siap saji serta sebotol air mineral” Kata Tuan Ahmad sembari mempertontonkan barang-barang yang baru saja ia sebutkan sedang terbungkus oleh plastik bening tembus pandang kepada kami berdua.
Seperti biasa, Shawn pasti menatap serius apa saja barang yang ada dilokasi kejadian. Ia beranggapan bahwa barang-barang tersebut adalah saksi bisu disemua kejadian dan akan dengan jujur mengungkapkan fakta sebenarnya. Sedangkan aku hanya bisa ikut mrngamati dari bingkai kacamata orang awam yang ingin membantu semampunya.
“Bagaimana hasil pemeriksaan laboraturium dengan makanan dan minuman?”
“Kita masih menunggu, saya rasa tak lama lagi hasilnya akan dikirim kemari” Jawab Tuan Ahmad
“Kami boleh ngobrol sedikit dengan para saksi kan?” Tanya Shawn
“Tentu. Mereka ada disana” Katanya sembari menunjuk kearah luar.
“Ok, terima kasih Pak Inspektur” Ujar Shawn sambil menarik tubuhku mendekat.
“Kita bagi tugas Andi” Kata Shawn.
“Baik, asal hanya mencari informasi saja kan?!” Aku bertanya
“Iya, cari informasi sebanyak-banyaknya tentang berbagai hal. Terlebih hal aneh yang terjadi. Aku akan menemui Beno, sedangkan kamu, Oh!!!” Seru Shawn yang sesaat tadi barusan melihat Dodi beranjak dari kursi taman tempat ketiga saksi tadi duduk.
“Kalau begitu, kamu segera bawa orang yang bernama Elfo menjauh dari Beno, agar kita tidak saling tumpang tindih dalam menginterogasi mereka. Soal Dodi, biar aku yang tangani” Shawn berkata panjang lebar seolah sedang mempersiapkan strategi gerilya berperang.
Aku tak banyak membantah. Kuikuti semua perintahnya. Dengan alasan Inspektur Ahmad memanggil dirinya, aku bersama Elfo meningkir dari Beno menuju kolam disamping rumah Alvin Sang korban.
“Sebelumnya saya minta maaf. Saya hanya ingin membantu kerja para polisi disini” Kataku basa-basi.
“Oh, tidak apa-apa. Aku akan membantu sebisaku untuk mengungkap kejadian ini” Katanya
Lalu dimulailah Tanya jawab diantara kami. Ia berkata bahwa rencana liburan seperti yang mereka jadwalkan sudah hampir selalu dilakukan. Namun, yang membedakannya adalah kali ini mereka akan menggunakan bis jalur pantai karena mobil Alvin sedang dibengkel sehingga mereka berencana pergi pukul 10.00 pagi dengan bis pertama.
“Biasanya jam berapa kalian berangkat? Maksudku jika kalian memakai mobil pribadi milik Alvin?”
“Kalau pakai mobil Alvin, kami pasti berangkat pukul 07.00. biar bisa mendapat tempat yang strategis dipantai nanti” Jawabnya.
Kemudian saat aku mengarah kepersoalan bungkus makanan dan sisa minuman yang ada di TKP, ia mengaku bahwa salah satu makanan tersebut adalah miliknya.
“Ya, sewaktu menunggu keberangkatan, Alvin menyuruh Beno mengambil air. Kamipun mengeluarkan makanan kesukaan kami masing-masing. Aku membawa kue siap saji yang baru kubeli direstoran yang ada di minimarket seberang jalan. Sedangkan Dodi membawa snack kacang dan Beno mengeluarkan coklat dingin yang baru saja ia keluarkan dari lemari es”
“Apa anda tahu korban makan apa saja?” Tanyaku yang merasa akan mendapatkan sesuatu dari pembicaraan ini.
“Seingatku Alvin memakan semua makanan itu. Pertama ia makan coklat 1 bungkus, lalu snack kacang dan yang terakhir kue bawaanku. Aku tak menyangka ia keracunan, padahal sebelumnya ia kelihatan sangat sehat” Ujarnya.
“Apa anda mencurigai ada seseorang diantara kalian yang berusaha meracuninya dengan sengaja?” Tanyaku.
“Bila ditanya hal tersebut, aku yakin Dodi akan berpikiran sama denganku bahwa Beno mempunyai masalah dengan korban”
“Maksud anda?”
“Perlu kamu ketahui bahwa Beno mempunyai hutang terhadap korban saat ia berada dirumah sakit dahulu. Namun ini hanya dugaanku” Ia menambahkan “Aku juga sebenarnya tak begitu yakin dengan firasatku ini, sebab jauh sebelum Alvin pingsan, Beno telah lebih dulu pergi menuju dapur”
“Oh iya, apa anda merasa ada hal aneh yang terjadi pagi tadi sebelum Alvin keracunan?”
“Aku rasa…” Ia sejenak tampak seolah sedang berpikir.
“Aku rasa tak ada. Semuanya berjalan seperti biasa”
Setelah merasa cukup berbicara dengannya, akupun menemui Shawn dan segera manceritakan semua informasi yang telah kudapatkan tanpa tercecer secuilpun data-data yang kuperoleh. Shawn sendiri rupanya jauh lebih cepat dariku. Ia telah menanyakan hal-hal yang hampir mirip dengan yang kutanyakan pada kedua saksi lainnya.
Kami saat ini sejenak duduk dibangku taman di muka rumah disudut halaman TKP. Setelah beberapa detik temanku ini mengacuhkanku seperti biasanya. Seolah telah meresapi data yang kuberikan dan saling menyatukan fakta-fakta yang ada, ia tiba-tiba mengajakku untuk segera masuk kedalam rumah. Aku tak tahu apa yang ingin ia kejar.
“Ada apa Shawn?”
“Cepat! Kita harus segera kembali melihat barang-barang bukti!!”
“Lagi? Bukannya tadi sudah? Aku rasa tak ada lagi yang lainnya?!”
Tanpa mau menjawab pertanyaan-pertanyaanku, ia terus menuju meja tempat barang-barang bukti tersebut diletakkan. Tanpa menyentuh meja ataupun bungkus barang bukti, Shawn seolah telah mendapatkan apa yang ia cari.
“Apa yang kau dapatkan Shawn?” Tanyaku yang kurang bisa mengerti atas tindakannya barusan.
“Ada yang berubah Andi,” Katanya pelan.
“Apanya?”
“Lihat! Bungkus tersebut mulai menampakkan wujudnya yang sebenarnya”
Belum sempat aku memperhatikan lebih jauh, Shawn telah menyeretku keluar menuju kepinggir jalan dan terus berjalan menjauhi lokasi kejadian.
“Hei…??! Kita mau kemana?!”
“Kita harus memastikan bahwa makanan yang dibeli Elfo dan Dodi memang benar-benar baru dibeli pagi ini Andi” Jawabnya sambil terus berjalan semakin cepat.
Kamipun tiba di minimarket yang diceritakan kedua saksi. Sesudah memastikan bahwa makanan yang mereka bawa memang baru dibeli pagi ini, kamipun segera kembali kerumah Alvin.
“Jadi, kamu sudah tahu siapa pelakunya?”
“Ya” Jawab Shawn singkat
“Motif dan triknya?”
“Sudah” Katanya lagi dengan nada datar penuh keyakinan khas miliknya.
Setelah terlebih dahulu meminta izin dan mengkonfirmasikan kepada Inspektur Ahmad, akhirnya kami berdua diperbolehkan mengumpulkan para saksi dihadapan barang-barang bukti yang seolah siap menjatuhkan eksekusi mati.
“Terlebih dahulu saya minta maaf atas permintaan untuk berkumpul disini” Kata Shawn. Ia melanjutkan, “Hal ini tak lebih hanya bertujuan memberikan kesempatan kepada kami untuk mengungkapkan kebenaran dibalik peristiwa keracunan yang dialami Tuan Alvin”
“Jadi benar bahwa ada yang sengaja meracuni Alvin?” Seru Dodi sedikit histeris.
“Bisa dikatakan begitu” Jawab Shawn “Namun saya tidak begitu pasti apakah ada maksud terselubung disebalik ini semua, yang saya dapat yakinkan adalah ini merupakan peristiwa meracuni seseorang”
“Sudahlah, jangan terlalu mendramatisir keadaan. Toh semuanya sudah terjadi” Sahut Elfo seolah bersikap tak acuh.
“Elfo benar, sebaiknya cepat kamu katakana apa saja yang kamu ketahui nak” Ujar Beno mendukung pernyataan Elfo.
“Baik, akan saya jelaskan fakta-fakta yang saya peroleh dilapangan” Shawn terlihat sedikit bersemangat kali ini, iapun melanjutkan.
“Menurut saudara Elfo dan Dodi, saudara Beno telah ada dirumah korban saat mereka tiba”
“Ya, benar!” Beno berkata “Hal itu bagi kami sudah biasa, sebab saya dan Alvin berteman akrab sejak kami sekolah dasar”
“Saudara Elfo juga mengatakan bahwa andalah yang membawa dan memberikan coklat kepada korban”
“Kalau kamu ingin menuduh saya memasukkan racun kedalam makanan, bukankah mereka berdua juga bias melakukan hal yang sama? Lagi pula, saya tidak memaksa Alvin untuk memakan coklat” Beno membela diri seraya memalingkan pandangan kekedua sobatnya.
“Saya rasa kali ini dia benar” Sela Dodi
“Disini yang saya permasalahkan adalah, pertama makanan anda adalah satu-satunya makanan yang dingin”
“Lalu, apa salahnya?” Tanya Elfo
“Hal itu memang tidak salah, namun akan menjadi suatu masalah yang sangat serius jika makanan yang didinginkan tersebut sudah lama kadaluarsa” Shawn menekankan “Itulah sebabnya saya katakan bahwa ini adalah sebuah tindakan meracuni seseorang, dan bukanlah satu tindakan percobaan pembunuhan. Sebab, racun yang dihasilkan oleh makanan yang telah kadaluarsa seperti coklat hanya dapat meracuni tubuh dan tidak dapat berbuat lebih dari itu”
“Apa ada bukti yang menguatkan dugaanmu?” Tanya Dodi.
“Mungkin ada !!” Tiba-tiba sebuah seruan keras dari arah belakang menyahut dengan tegas.
“Oh ya, Inspektur Ahmad?” Kata Shawn dengan ekspresi terkejut yang disembunyikannya.
“Kami baru menerima hasil pemeriksaan Lab. dari RS pusat bahwa dalam air minera, sisa snack kacang maupun kue siap saji tidakmenampakkan reaksi racun sedikitpun” kemudian dengan wajah kecewa ia menambahkan “Tapi, dikarenakan coklat miliksaudara Benohanya tersisabungkusnya saja, kamipun tidak dapat mengetahui apakah didalam coklat yang telah diberikan olehnya mengandung racun apa tidak”
“Nah, apa kubilang. Tidak adakan bukti yang bias membenarkan dugaanmu itu, bocah sok tahu!” Seru Beno penuh kemenangan.
“Oh ya?” Kini Shawn kembali bersemangat.
“Menurut saya, ada satu hal yang telah anda semua lupakan. Padahal hal tersebut merupakan hakim yang akan memukul palu akhir dari semua kebenaran ini”
“Apa Shawn?” Aku mulai berbicara setelah sekian detik terdiam memperhatikan penggalan demi penggalan drama pembicaraan peristiwa pengungkapan kejahatan ini saling bertautan.
“Itu adalah sebuah peristiwa alami, yaitu peristiwa penguapan“
“Maksudmu? Tanya Inspektur Ahmad.
“Ya, penguapan. Semua yang ada disini tentu tahu bahwa bila suatu benda didinginkan, ia akan mengeluarkan butiran-butiran air saat dikeluarkan dan didiamkan diluar kulkas. Sehingga, dapat saya simpulkan bahwa jika didalam kandungan butiran-butiran air yang melekat dipembungkus coklat milik Saudara Beno ditemukan reaksi racun yang lemah sekalipun, anda takkan dapat mengelak lagi atas tuduhan tindakan meracuni seseorang secara sengaja” Tegas Shawn.
Lagi-lagi aku hanya bisa mengagumi segala tindak tanduk sobatku ini. Bagaimana tidak, untuk kesekian kalinya semua hipotesa yang ia ungkapkan ternyata benar adanya.
Beno adalah pelaku yang sengaja memberikan racun terselubung didalam coklat yang telah kadaluarsa kepada Alvin. Beruntung Alvin akhirnya memang bisa diselamatkan karena cepat dibawa kerumah sakit. Adapun motif dari tindakan Beno adalah, ia hanya ingin memberi sedikit pelajaran kepada Alvin dikarenakan korban sering menghina pelaku yang seorang pengangguran dengan sebutan ‘orang tidak berguna’. Meski menurut pengakuannya, pelaku juga sempat memiliki sedikit niat ingin membunuhnya, agar hutang yang lumayan banyak miliknya kepada Alvin dapat lunas tanpa harus dibayar.
Pg’’04 Juli ‘07

KASUS KAMAR KOST


Aku masih mengantuk saat kudengar teriakan kakak-kakak mahasiswa yang nge_kost disamping rumahku,karena penasaran akupun berlari keluar untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Siapapun yang melihat pasti akan sangat terkejut dengan apa yang kusaksikan dihari sepagi ini,bahkan sang mentaripun saat ini belum benar-benar bangun untuk menyinari permukaan bumi mengganti hujan yang semalam turun. Bagaimana tidak,saat ini dihadapanku_sebuah kamar 3X4 m2 yang khas kamar kost cowok tergeletak tewas seorang pria yang kukenal.
Dia adalah Ken Kurniawan, seorang mahasiswa yang tadinya terkunci dari dalam didalam kamarnya. Aku mengetahui hal tersebut karena aku juga sedang melihat pintu kamarnya yang rusak, pasti dibuka paksa dengan cara didobrak oleh keempat teman kost_nya.
Sedetik kemudian aku telah melesat kembali kerumahku,kuekan tombol-tombol telepon,tak lama terdengar sebuah sapaan disana.
“Halo,kediaman Tuan Walter disini”
“Maaf,” jawabku “bisa bicara dengan Shawn?”
“Tunggu sebentar”
“Halo Andi,ada apa sepagi ini sudah meneleponku?” Kalimat dengan suara yang sangat kukenal dan memang dialah yang kucari.
“Shawn,cepat kemari…! Tetanggaku ada yang tewas. Aku rasa kamu mungkin bisa menyimpulkan sesuatu dari peristiwa ini” kataku mencoba memberitahukan apa yang terjadi barusan tadi.
Karena hanya dua blok dari rumahku, temanku ini biasanya hanya membutuhkan beberapa menit untuk berlari dari rumahnya. Namun kali ini ia datang jauh lebih cepat disebabkan sepeda yang dikendarainya.
“Hei Andi, apa ada yang aneh?” itulah pertanyaan yang paling sering ditanyakannya kepadaku.
“Ya, aku rasa mungkin pintu kamarnya yang terkunci dari dalam” jawabku
“apa...?!!” Ekspresi wajah Shawn tampak mulai bersemangat.
“Dimana kamarnya?” Shawn bertanya kepadaku. Sambil terus melangkah dari mulai tempat diparkirkan sepedanya, kami terus menuju pintu utama dari rumah yang terdiri atas enam kamar yang dikost_kan oleh seseorang bernama Tuan Bobby.
Orangnya besar dan gendut, ia memiliki telapak tangan yang sangat besar dengan ruas-ruas jarinya yang lebar. Disebalik itu semua, ia sebetulnya orang yang ramah, namun dikarenakan ia adalah seorang pengusaha yang lumayan sibuk, maka kami jarang sekali bertemu dengannya. Tapi ia pasti menyapaku dengan senyum lebarnya bila kami berpapasan dimanapun.
“Nah Shawn, itu kamarnya. Kamar paling ujung disebelah kanan yang didepannya banyak orang-orang berkumpul”
“Apa sudah menghubungi polisi?”
“Pasti,” jawabku “setelah menghubungimu aku langsung manelepon polisi kok. Biasa,paling-paling sebentar lagi baru para polisi tersebut kemari” tambahku
Seakan mengacuhkanku, temanku ini menerobos kerumunan orang-orang itu, akupun mengikutinya. Dengan teliti, tampak ia sedang memeriksa seluruh ruangan kamar yang menjadi masalah. Bola matanya terus berpindah-pindah dari kiri kekanan dan kembali lagi kekiri hingga ia mulai tampak mendapatkan apa yang ia cari.
“Andi, apa pendapatmu tentang pemilik kamar ini?” Tiba-tiba ia melontarkan pertanyaan padaku.
“Aku rasa ia orang yang rapi dan juga pembersih,” aku mencoba menjelaskan “Itu terlihat dari rak-rak rapi dan penuh terisi dengan buku-buku. Serta tampaknya semua benda yang ada disini memiliki tempatnya masing-masing. Seperti penggaris-penggaris yang menempel didinding ini,” tunjukku “Dan juga kamus-kamus bahasa asing yang berjajar serasi. Paling hanya alat tulis yang semuanya berantakan diatas lantai, itupun dipisahkannya pulpen dan pinsil pada tumpukan berbeda disamping tempatnya yang kosong_tempat alat tulis yang terbuat dari potongan pipa plastik bulat dengan beralaskan papan persegi. Aku yakin semalam ia habis menulis dan langsung tertidur, itu terlihat dari banyaknya kertas-kertas yang berserakan dilantai tempat ia menulis. Kurasa ia tak punya meja belajar” kataku yakin
“Waw, kesimpulan yang luar biasa Andi!”
“Aku tahu kamu pasti jauh lebih mampu untuk menyimpulkan sesuatu dari semua yang ada disini” komentarku “sekarang gantian,aku ingin dengar apa yang ada dipikiranmu?!”
“Aku belum yakin benar dengan apa yang ada diotakku, tapi nanti bila ada keterangan dari para saksi yang mampu dan dapat menguatkan dugaanku, pasti aku akan memberitahukanmu Andi”
Itulah sifat temanku ini. Meskipun aku telah hampir setahun mengenalnya, aku masih belum bisa meski hanya untuk sekedar membayangkan bagaimana alur pola pikirnya.
Ia akan menarik senyumannya seraya berkata ‘Semuanya sudah jelas sobat!’, bila ia akan mengutarakan hipotesis miliknya. Aku sendiri hanya bisa terkagum-kagum dan sedikit merasa iri bila ia melakukan hal tersebut.
Suara riuh rendah masih mengalun diluar kamar TKP saat kami keluar untuk menemui salah seorang mahasiswa yang menjadi saksi atas ditemukannya mayat ini.
“Maaf kak Chandra,” sapaku “kalau boleh kami tahu,gimana sih ceritanya?” tanyaku kepadanya yang setahuku adalah teman akrab korban
“Entahlah,” jawabnya lesu “padahal semalam kami semua masih besenang-senang sambil makan-makan dikamar sebelah, hingga Ken keluar setelah bertengkar mulut dengan Anton” tambahnya lagi
“Dikamar siapa kak, kakak makan-makan?” Shawn mulai melancarkan pertanyaannya.
“Ya dikamar Anton, ia selalu mentraktir kami bila ia dapat orderan hiasan gabus”
“Ia mahasiswa yang punya kerjaan sambilan sebagai pengrajin gabus Shawn” bisikku
“Lalu, kapan terakhir kalian bertemu dengan korban?”
“Setelah ia keluar dari kamar Anton,aku rasa Ken tak keluar dari kamarnya lagi hingga kami menemukannya tewas didalam kamar pagi ini” jawabnya sambil menekuk tunduk kepalanya
“Andi, kamukan tahu banyak tentang para saksi. Coba ceritakan apa saja yang kamu tahu tentang mereka semua” pintanya saat kami telah menjauhi saksi tersebut
“Yang aku tahu ya Shawn,selain Chandra teman akrab korban tadi,disini ada kak Anton seorang pengrajin gabus yang diceritakan kan Chandra,lalu ada kak Denny yang baru pindah seminggu kemari. Katanya sih dia anak orang kaya yang hobi pindah-pindah tempat kost. Serta seorang mahasiswa pendiam yang jarang ada dikamarnya,kalau tak salah namanya…..kak Eko. Ya,namanya Eko Saputra ! Namun setahuku sudah hampir dua minggu ini ia tidak pulang, kabarnya ia pulang kampung karena ibunya sakit. Jadi mustahil bila kita mencurigainya” ujarku panjang lebar memberitahukan segala sesuatu yang aku ketahui, tapi ia hanya mengangguk-anggukan kepalanya,menandakan ia sedang memahami data-data yang kuberikan barusan
Terlihat olehku anggukannya terhenti saat secara tak sengaja ia melirik kerumunan orang yang masih berada didepan kamar korban.
“Ayo Andi, kita lihat apa saja yang ada dikamar mereka_Para saksi. Selagi mereka lengah” Ajaknya kepadaku yang segere mengikutinya masuk kekamar kak Anton, yang terus berlanjut kekamar-kamar yang ada dirumah kost ini.
“Lalu, apa yang kau dapatkan? tanyaku setelah memasuki semua kamar_kepadanya yang sedang menuliskan sesuatu dibuku catatan kecil
“Lihat,” jawabnya “kira-kira beginilah denah lokasi rumah ini” tambahnya sambil menyodorkan buku catatan jecil yang pasti selalu dibawanya tersebut dengan sebuah gambar hasil karyanya
X : KEN / KORBAN
A : ANTON
B : BUDI
C : CHANDRA
D : DENNY
E : EKO
“Dan aku rasa, ada beberapa kamar yang memiliki benda-benda mencurigakan_Tentu saja benda yang mampu membuat mereka menjadi seorang tersangka” tambahnya lagi
Tanpa aku minta, kali ini ia langsung mengutarakan apa saja yang ia peroleh.
“Seperti dikamar yang berada tepat didepan kamar korban”
“Kamar kak Denny maksudmu?” potongku
“Ya. Dikamar itu terdapat sebotol besar alkohol yang mampu membuat seseorang tertidur cukup lama, bahkan selamanya mungkin”
“Kalau begitu, kamar kak Budi yang ada disebelahnya juga bisa dicurigai dong?” Disitu ada cairan pembersih untuk membersihkan komputer miliknya yang mengandung cukup banyak campuran alkohol” aku berkomentar
“Ya, tepat sobat” kata Shawn melirik kearahku
“Nah, sekarang kita punya dua tersangka utama” ujarku tersenyum
“Tidak Andi, data-data yang kita miliki sangat jauh dari kategoti lengkap” sela Shawn memotong kata-kataku “Aku rasa kita masih butuh data-data dari para saksi kunci dikejadian ini”
“Siapa?”
“Firasatku mengatakan, kak Chandra_lah orangnya. Menurutku dia orang yang akan membuka gembok pintu pembunuhan yang terkunci ini”
“Yah, terserahlah. Biasanya firasatmu memang terkadang benar kok” kataku
Ternyata tak terlalu sulit untuk mengorek informasi dari kak Chandra, meskipun harus kukorbankan uang saku_ku untuk mentraktirnya makan. Tentunya setelah diinterogasi oleh polisi yang baru saja tiba tadi.
Entah apa yang membuatnya lapar setelah teman akrabnya tewas.
Memang ia dengan jelas menceritakan semua yang kami ingin kami tahu, mulai dari pertemuan yang kurang menyenangkan antara korban dengan kak Anton. Sewaktu Anton pertama kali datang kerumah kost ini, Ken pernah menghinanya karena saat itu ia berpenampilan lusuh dan kotor sehingga dikira pengemis olehnya. Tapi tampaknya mereka telah melupakan kejadian itu.
Saat ini kami_aku dan Shawn sedang menikmati secangkir the hangat didalam restoran ‘TEA HOUSE’ diseberang rumahku. Diluar hujanpun terasa mulai reda, akupun mencoba memulai percakapan.
“Lalu, setelah aku pergikarena ibuku memanggil,apa lagi yang ia katakana?”
“Tak banyak, ia hanya berkata bahwa ia curiga pada kak Budi”
“Maksudmu simaniak komputer itu?”
“Ya” jawab Shawn “karena ia adalah orang yang keluar sesaat setelah korban diusir oleh Anton”
“Oh ya, apa dia cerita penyebab Anton dan Ken bertengkar?”
“Katanya, setelah makan,Anon keluar untuk mengambil air. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya ia kembali dengan dua botol air putih. Nah, saat itulah Anton mulai mengungkit-ungkit perselisihan mereka dahulu,yang diakhiri dengan keluarnya Ken dari kamar tersebut” ujar Shawn
Sambil menikmati secangkir the hangat, aku sangat terkejut waktu kulihat seseorang yang sedang duduk sendiri tak jauh dari tempat kami berada
“Hei Shawn,” kataku “Lihat! Aku sangat yakin bahwa orang yang memakai jaket tebal lusuh itu adalah kak Chandra” tambahku sambil melirik dan menunjuk kearah orang itu.
Sambil menyeruput habis minuman miliknya,sobatku ini langsung beranjak menuju kemeja orang yang tadi kutunjuk.
“Ayo Andi, jangan sia-siakan kesempatan ini. Ini peluang kita untuk memperoleh keterangan yang aku rasa adalah tangan kebenaran yang akan membuka pintu kejahatan ini”
Memang benar kata kak Chandra bahwa orang ini sulit diajak bicara, terlebih bila bersama orang yang tak terlalu dikenalnya.
Untunglah Shawn dapat membujuknya untuk tetap duduk dikursinya.
“Kak Budi, kami adalah teman kak Chandra” kata Shawn
“Oh,jadi kalian disuruh Chandra mengikutiku setelah dikatakan olehnya bahwa akulah pelaku pembunuhan ini hanya karena aku keluar dari kamar tersebut sesaat setelah Krn diusir oleh Anton?!!” katanya dengan sedikit emosi sambil terus menatap kami lekat-lekat.
“Tidak..,tidak. Kita hanya kebetulan minum disini” kataku mencoba meredam emosinya.
“Demi Tuhan, bukan aku pembunuhnya!” katanya dengan suara yang lebih datar dan lirih. Ia melanjutkan “Aku buru-buru keluar karena aku mencium aroma bensin diluar sana. Aku kira tangki motorku bocor, tapi syukurlah ternyata tidak”
“Tunggu dulu kak, tadi kakak bilang bahwa Ken diusir oleh Anton?”
“Ya, bahkan ia terlihat begitu bersemangat untuk mengusirnya”
“Kira-kira saat itu jam berapa kak?”
Ia terdiam sejenak, seperti sedang mengingat sesuatu. Lalu ia berkata “Yang kuingat, kami diajak Anton untuk makan-makan sekitar pukul sebelas,dan tepat pukul satu dini hari saya telah berada didalam kamar setelah memeriksa tangki motor yang kukira bocor tadi”
“Menurut kakak, siapa kira-kira yang melakukan ini?” tanyaku mencoba mencari arah pembicaraan yang berbeda
“Kalau menurutku, Denny_lah pelakunya. Aku berpapasan dengannya dilorong saat aku ingin pergi keWC sekitar pukul tiga pagi. Dan ketika kutanya ‘Kamu dari mana Den?’ ia hanya diam dan terus berjalan” kata-kata kak Budi terputus,tapi dengan suara perlahan ia melanjutkan
“Dan wajahnya kurasa seolah terus memandangiku dari belakang!”
“Kakak sudah mengatakan hal ini pada polisi kan?” sela Shawn
“Tentu saja” jawabnya singkat mengakhiri pembicaraan kami dam langsung pergi.
Setelah hujan diluar benar-benar reda, kamipun berencana kerumahku meski jam restoran telah menunjuk kearah setengah sembilan malam.
Tapi saat sampai didepan rumah kost pak Bobby, sobatku ini tiba-tiba mengubah arah tujuannya.
“Aku pergi sebentar untuk menemui kak Denny. Kamu duluan aja ya, nanti kususul” ia berseru sambil berlari tanpa menghiraukanku
Entah apa yang dibicarakannya disana selama setengah jam,akupun memutuskan untuk segera menyusul. Namun niat tersebut tak pernah kubuat karena pintu rumahku diketuk seseorang.
“Lama amat,” kataku sedikit kesal sambil membuka pintu setelah sesaat sebelumnya kulihat wajah orang yang kutunggu telah tiba.
“Akhirnya…semuanya jelas sobat!”
Katanya tanpa perasaan bersalah padaku.
“Siapa orangnya?” tanyaku penasaran tapi tanpa rasa kesal.
“Kita sudah cukup terkejut hari ini sobat. Lebih baik sekarang kita tidur, aku hanya ingin permisi padamu. Aku akan pulang” jawabnya sambil terus berlalu berbalik badan membelakangiku dan terus berjalan diantara dingin serta gelapnya malam sunyi ini.
Sekarang pukul sembilan lewat lima belas menit.
Aku hanya bisa dibuatnya gelisah menjelang saat yang kutunggu-tunggu tiba.
Keesokan harinya dirumah kost pak Bobby, tepatnya dihadapan kelima orang saksi kunci pembunuha ini kami semua berkumpul.
“Andi,apa masih ingat dengan tempat alat tulis yang kosong karena pulpen dan pinsil yang seharusnya berada didalamnya malah tertumpuk disamping-sampingnya?” sebuah pertanyaan dari Shawn seolah menjadi pembuka percakapan dipagi ini.
“Kalau maksudmu yang ada dikamar almarhum kak Ken, tentu saja aku ingat” jawabku dengan perasaan mengantuk karena semalaman tak nyenyak tidur.
“kalau tentang bau bensin yang tercium oleh kak Budi semalam sebelum terbunuhnya korban?”
“Aku rasa aku masih ingat”
Dengan diiringi tatapan kami semua, termasuk beberapa polisi yang masih menyelidiki,Shawn malanjutkan kata-katanya sambil tipis tersenyum
“Jadi, apa kesimpulanmu Andi?”
“Kok aku sih yang ditanya apa kesimpulannya?!” Aku menyahut dengan sedikit emosi kepadanya.
“Maaf sobat, aku benar-benar tak bermaksud membuatmu kesal” ia berujar seolah mengerti perasaanku
“Baiklah, sekarang saya hanya akan berkata bahwa anda kak Anton adalah pelaku pembunuhan ini!” Sambil berdiri ia melanjutkan
“Dan motifnya sangat jelas adalah balas dendam atas penghinaan yang dilakukan korban kepada anda sewaktu pertram kali anda datang ketempat kost ini. Lalu…” sobatku inimenghentikan kata-katanya, kelihatan ia sedang menarik nafas pamjang untuk meneruskan hipotesanya “trik yang anda gunakan kira-kira seperti ini:
Saat semua orang anda ajak makan-makan dikamar anda_ini sangat mudah dilakukan. Mana ada yang menolak diajak makan gratis, terlebih saat akhir bulan begini. Lalu anda keluar kamar dengan alasan mengambil minuman didapur_padahal anda menyelinap kekamar korban untuk menuangkan bensin kedalam lubang-lubang tempat alat tulis yang telah anda kosongkan, yang dilanjutkan dengan memasukkan potongan-potongan gabus kedalamnya” Shawn kembali menjelaskan
“Sebagai seorang pengrajin gabus anda tentu tahu mana gabus yang mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi manusia_Semua orang juga tentu tahu bahwa bilq gabus dimasukkan kedalam bensin akan menghasilkan gas. Kemudian anda tinggal keluar untuk kembali kekamar dan mengusir Ken keluar dari kamar anda dengan cara mengungkit-ungkit perselisihan diantara kalian”
“Tapi itu tidak dapat menjamin bahwa kak Ken akan kembali kekamarnya kan Shawn?”
“Kita harus ingat bahwa ini semua terjadi pada malam hari, tepatnya lewat tengah malam,serta juga kebetulan sedang turun hujan lebat. Kemana lagi seorang anak kost akan pergi setelah kenyang makan dan langsung disambung dengan pertengkaran yang baru dialaminya selain masuk kekamarnya sendiri?!” jawab Shawn dengan penuh percaya diri.
“Sudah sepantasnya ia merasakan kematian!!!”
Itulah perkataan kak Anton yang sangat tiba-tiba dan sangat mengejutkan,ia terlihat santai mengakui perbuatannya. Seolah memang telah siap menerima hukuman yang akan menimpa dirinya nanti.
Saat perjalanan pulang, aku pun masih sempat untuk berbicara tentang peristiwa yang baru saja terjadi.
“Tapi, dari mana kamu tahu kak Antonlah pelakunya?” tanyaku “padahal sejak awal aku berpikir kak Dennylah sang pembunuh itu” tambahku “Sebetulnya setelah kami bertemu kak Budi” kataku dalam hati
“Aku juga sebelumnya berpikir demikian…”
“Lalu ?”
“Namun,ketika aku mengunjungi kak Denny semalam,terlebih setelah berbicara dengannya,aku sangat yakin bahwa dia mengalami sedikit gangguan pada pendengarannya” jelas Shawn “Maka tak heran bila sapaan kak Budi tidak dijawabnya,malah ia hanya memandanginya. Itu tak lebih dikarenakankak Denny tidak begitu jelas dan merasa apakah kak Budi benar-benar menyapanya apa tidak” tambah Shawn
“Tapi, kenapa para polisi itu tidak tahu trik yang digunakan kak Anton ya Shawn…?”
“Bukan tidak tahu Andi, tapi lebih tepat bila kita mengatakan ‘belum tahu ‘, karena butuh pemeriksaan dan penyelidikan lebih lanjt untuk menyimpulkan hal tersebut” Tutup Shawn.
Mlm”16 juli 2006

The Last Test


Rasanya aku sudah cukup cepat berlari mengejar ketertinggalanku, tapi gerbang tetap saja tertutup dan membuatku terlambat.
“Sial,dasar bel sialan !!” gumamku dalam hati. Dengan cepat kucari panitia ujian agar mendapatkan izin masuk.Keringat tak kulayan saat kubuka lembar soal bersama pensil 2B terjepit disela-sela jari tangan kananku.Setelah izin masuk kuletakkan diatas meja pengawas tentunya.
Waktu tinggal 90 menit dari 120 menit yang disediakan.Ini gara-gara aku tidur kemalaman setelah menciptakan sesuatu tadi malam. Semua yang ada di otakku seakan lenyap dari memori internal made in Tuhan-ku ini.Kucoba cari dan mengingat apa password-nya,agar ingatan tersebut dapat muncul.Tapi aku rasa sia-sia.
Hanya tersisa 25 menit, dan baru 13 soal yang bisa aku kerjakan.Kucari alternatif lain.Kulirik sepasang pengawas didepan, kurogoh saku celanaku. Bermaksud ingin mengambil memori eksternal yang kubuat semalam.Tapi tampaknya Tuhan tak bisa membiarkan umatnya berbuat curang.
Saat ini aku seakan berada sesaat dialam maya-yang pasti jimatku ketinggalan.
Tapi aku belum mau menyerah, aku masih punya alternatif lain. Kucolek bahu orang depan, kukirim sinyal SOS lewat secarik sobekan dari kertas buram yang kupunya. Tak lama memang untuk menunggu bantuannya. Perlahan kubuka, “Lumayan” kataku pelan.Kini separuh soalku telah terisi.Kembali kucoba kirimkan sinyal SOS, tapi kali ini dengan isyarat
suara tanpa nada dan bunyi. Tentunya keorang disampingku. Dengan cara yang sama akhirnya semua soal telah terjawab. Namun itu semua harus kutebus dengan denda yang terpaksa kubayar tunai lewat paraf di “Daftar Berita Acara Ujian” sang pengawas.
Saat aku baru selangkah keluar dari pintu kelasku, tiba-tiba bel berkumpul berbunyi. Dengan perasaan aneh akupun berlari menuju ke lapangan tengah sekolahku. Disana kudapati Pak Kepsek tengah berdiri dihadapan para siswa seluruh kelas XII. Belum sempat aku membaur bersama teman yang kukenal, secara mengejutkan_ bagai sihir, sebuah amplop putih bertuliskan namaku di bagian wajahnya muncul tepat dihadapanku. Sekilas kulihat banyak teman-temanku yang tak jelas bersorak gembira dan ada beberapa yang pingsan serta menangis. Aku masih bingung dengan apa yang kini sedang terjadi. Perlahan aku mulai mengerti, kalau saat ini aku sedang berada diacara spektakuler selama 3 tahun aku belajar disekolah ini. Pengumuman kelulusan!!!
Dengan cepat kusobek amplopku. Kubuka lipatan surat yang ada didalamnya. Menggunakan teknik membaca cepat ala guru Bahasa Indonesia-ku, kucari kata atau kalimat utamanya. Kata tersebut kudapati dicetak tebal_ dan terbaca olehku ‘’TIDAK LULUS’’
Kembali suasana disekitarku serasa berubah. Kali ini aku berada di gudang rumahku. Lalu perlahan mulai terdengar suara ibuku seperti jet tempur Israel yang sedang membombardir Lebanon_ memaki ,memarahi dan menyalahi aku.
Entah apa yang sedang kupikirkan, saat kuraih sebuah botol berwarna hijau bertuliskan “ Racun Seranga”. Mungkin aku berpikir bahwa kami juga bisa disebut serangga, “The King Of Insect” tentunya. Dengan semangat, kutengak habis cairan tersebut. Rasanya sangat variatif. Manis, asam, asin kalau boleh kugambarkan.
Lalu keanehan mulai kembali terjadi. Suara yang kukeluarkan saat berteriak kesakitan menjelang sakratul maut bukannya suara yang biasanya kudengar diserial-serial relijius televisi, tetapi terdengar olehku seperti suara alarm jam yang ada di kamarku. KRIII……NG !!!!
Dengan terkejut plus sedikit tersentak, mataku terbuka lebar. Seakan tak percaya kini aku ada diatas kasur tempat tidurku yang berantakan kaya’ kapal pecah dengan piyama lusuhku. Saat ini pukul 07.35, bunyi weker-ku berhenti_seolah bosan dan muak denganku yang tak kunjung sadar. “Mimpi yang aneh” kataku mencoba melucu menghibur diri sendiri seolah berpura-pura tetap santai.
Namun tubuhku memang tak mampu untuk tidak bergetar gugup menutupi kegelisahanku dan ketakutanku. Bagaimana tidak, karena kini mimpiku tadi bagiku mulai perlahan terlihat menjadi kenyataan.