Aku masih mengantuk saat kudengar teriakan kakak-kakak mahasiswa yang nge_kost disamping rumahku,karena penasaran akupun berlari keluar untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Siapapun yang melihat pasti akan sangat terkejut dengan apa yang kusaksikan dihari sepagi ini,bahkan sang mentaripun saat ini belum benar-benar bangun untuk menyinari permukaan bumi mengganti hujan yang semalam turun. Bagaimana tidak,saat ini dihadapanku_sebuah kamar 3X4 m2 yang khas kamar kost cowok tergeletak tewas seorang pria yang kukenal.
Dia adalah Ken Kurniawan, seorang mahasiswa yang tadinya terkunci dari dalam didalam kamarnya. Aku mengetahui hal tersebut karena aku juga sedang melihat pintu kamarnya yang rusak, pasti dibuka paksa dengan cara didobrak oleh keempat teman kost_nya.
Sedetik kemudian aku telah melesat kembali kerumahku,kuekan tombol-tombol telepon,tak lama terdengar sebuah sapaan disana.
“Halo,kediaman Tuan Walter disini”
“Maaf,” jawabku “bisa bicara dengan Shawn?”
“Tunggu sebentar”
“Halo Andi,ada apa sepagi ini sudah meneleponku?” Kalimat dengan suara yang sangat kukenal dan memang dialah yang kucari.
“Shawn,cepat kemari…! Tetanggaku ada yang tewas. Aku rasa kamu mungkin bisa menyimpulkan sesuatu dari peristiwa ini” kataku mencoba memberitahukan apa yang terjadi barusan tadi.
Karena hanya dua blok dari rumahku, temanku ini biasanya hanya membutuhkan beberapa menit untuk berlari dari rumahnya. Namun kali ini ia datang jauh lebih cepat disebabkan sepeda yang dikendarainya.
“Hei Andi, apa ada yang aneh?” itulah pertanyaan yang paling sering ditanyakannya kepadaku.
“Ya, aku rasa mungkin pintu kamarnya yang terkunci dari dalam” jawabku
“apa...?!!” Ekspresi wajah Shawn tampak mulai bersemangat.
“Dimana kamarnya?” Shawn bertanya kepadaku. Sambil terus melangkah dari mulai tempat diparkirkan sepedanya, kami terus menuju pintu utama dari rumah yang terdiri atas enam kamar yang dikost_kan oleh seseorang bernama Tuan Bobby.
Orangnya besar dan gendut, ia memiliki telapak tangan yang sangat besar dengan ruas-ruas jarinya yang lebar. Disebalik itu semua, ia sebetulnya orang yang ramah, namun dikarenakan ia adalah seorang pengusaha yang lumayan sibuk, maka kami jarang sekali bertemu dengannya. Tapi ia pasti menyapaku dengan senyum lebarnya bila kami berpapasan dimanapun.
“Nah Shawn, itu kamarnya. Kamar paling ujung disebelah kanan yang didepannya banyak orang-orang berkumpul”
“Apa sudah menghubungi polisi?”
“Pasti,” jawabku “setelah menghubungimu aku langsung manelepon polisi kok. Biasa,paling-paling sebentar lagi baru para polisi tersebut kemari” tambahku
Seakan mengacuhkanku, temanku ini menerobos kerumunan orang-orang itu, akupun mengikutinya. Dengan teliti, tampak ia sedang memeriksa seluruh ruangan kamar yang menjadi masalah. Bola matanya terus berpindah-pindah dari kiri kekanan dan kembali lagi kekiri hingga ia mulai tampak mendapatkan apa yang ia cari.
“Andi, apa pendapatmu tentang pemilik kamar ini?” Tiba-tiba ia melontarkan pertanyaan padaku.
“Aku rasa ia orang yang rapi dan juga pembersih,” aku mencoba menjelaskan “Itu terlihat dari rak-rak rapi dan penuh terisi dengan buku-buku. Serta tampaknya semua benda yang ada disini memiliki tempatnya masing-masing. Seperti penggaris-penggaris yang menempel didinding ini,” tunjukku “Dan juga kamus-kamus bahasa asing yang berjajar serasi. Paling hanya alat tulis yang semuanya berantakan diatas lantai, itupun dipisahkannya pulpen dan pinsil pada tumpukan berbeda disamping tempatnya yang kosong_tempat alat tulis yang terbuat dari potongan pipa plastik bulat dengan beralaskan papan persegi. Aku yakin semalam ia habis menulis dan langsung tertidur, itu terlihat dari banyaknya kertas-kertas yang berserakan dilantai tempat ia menulis. Kurasa ia tak punya meja belajar” kataku yakin
“Waw, kesimpulan yang luar biasa Andi!”
“Aku tahu kamu pasti jauh lebih mampu untuk menyimpulkan sesuatu dari semua yang ada disini” komentarku “sekarang gantian,aku ingin dengar apa yang ada dipikiranmu?!”
“Aku belum yakin benar dengan apa yang ada diotakku, tapi nanti bila ada keterangan dari para saksi yang mampu dan dapat menguatkan dugaanku, pasti aku akan memberitahukanmu Andi”
Itulah sifat temanku ini. Meskipun aku telah hampir setahun mengenalnya, aku masih belum bisa meski hanya untuk sekedar membayangkan bagaimana alur pola pikirnya.
Ia akan menarik senyumannya seraya berkata ‘Semuanya sudah jelas sobat!’, bila ia akan mengutarakan hipotesis miliknya. Aku sendiri hanya bisa terkagum-kagum dan sedikit merasa iri bila ia melakukan hal tersebut.
Suara riuh rendah masih mengalun diluar kamar TKP saat kami keluar untuk menemui salah seorang mahasiswa yang menjadi saksi atas ditemukannya mayat ini.
“Maaf kak Chandra,” sapaku “kalau boleh kami tahu,gimana sih ceritanya?” tanyaku kepadanya yang setahuku adalah teman akrab korban
“Entahlah,” jawabnya lesu “padahal semalam kami semua masih besenang-senang sambil makan-makan dikamar sebelah, hingga Ken keluar setelah bertengkar mulut dengan Anton” tambahnya lagi
“Dikamar siapa kak, kakak makan-makan?” Shawn mulai melancarkan pertanyaannya.
“Ya dikamar Anton, ia selalu mentraktir kami bila ia dapat orderan hiasan gabus”
“Ia mahasiswa yang punya kerjaan sambilan sebagai pengrajin gabus Shawn” bisikku
“Lalu, kapan terakhir kalian bertemu dengan korban?”
“Setelah ia keluar dari kamar Anton,aku rasa Ken tak keluar dari kamarnya lagi hingga kami menemukannya tewas didalam kamar pagi ini” jawabnya sambil menekuk tunduk kepalanya
“Andi, kamukan tahu banyak tentang para saksi. Coba ceritakan apa saja yang kamu tahu tentang mereka semua” pintanya saat kami telah menjauhi saksi tersebut
“Yang aku tahu ya Shawn,selain Chandra teman akrab korban tadi,disini ada kak Anton seorang pengrajin gabus yang diceritakan kan Chandra,lalu ada kak Denny yang baru pindah seminggu kemari. Katanya sih dia anak orang kaya yang hobi pindah-pindah tempat kost. Serta seorang mahasiswa pendiam yang jarang ada dikamarnya,kalau tak salah namanya…..kak Eko. Ya,namanya Eko Saputra ! Namun setahuku sudah hampir dua minggu ini ia tidak pulang, kabarnya ia pulang kampung karena ibunya sakit. Jadi mustahil bila kita mencurigainya” ujarku panjang lebar memberitahukan segala sesuatu yang aku ketahui, tapi ia hanya mengangguk-anggukan kepalanya,menandakan ia sedang memahami data-data yang kuberikan barusan
Terlihat olehku anggukannya terhenti saat secara tak sengaja ia melirik kerumunan orang yang masih berada didepan kamar korban.
“Ayo Andi, kita lihat apa saja yang ada dikamar mereka_Para saksi. Selagi mereka lengah” Ajaknya kepadaku yang segere mengikutinya masuk kekamar kak Anton, yang terus berlanjut kekamar-kamar yang ada dirumah kost ini.
“Lalu, apa yang kau dapatkan? tanyaku setelah memasuki semua kamar_kepadanya yang sedang menuliskan sesuatu dibuku catatan kecil
“Lihat,” jawabnya “kira-kira beginilah denah lokasi rumah ini” tambahnya sambil menyodorkan buku catatan jecil yang pasti selalu dibawanya tersebut dengan sebuah gambar hasil karyanya
X : KEN / KORBAN
A : ANTON
B : BUDI
C : CHANDRA
D : DENNY
E : EKO
“Dan aku rasa, ada beberapa kamar yang memiliki benda-benda mencurigakan_Tentu saja benda yang mampu membuat mereka menjadi seorang tersangka” tambahnya lagi
Tanpa aku minta, kali ini ia langsung mengutarakan apa saja yang ia peroleh.
“Seperti dikamar yang berada tepat didepan kamar korban”
“Kamar kak Denny maksudmu?” potongku
“Ya. Dikamar itu terdapat sebotol besar alkohol yang mampu membuat seseorang tertidur cukup lama, bahkan selamanya mungkin”
“Kalau begitu, kamar kak Budi yang ada disebelahnya juga bisa dicurigai dong?” Disitu ada cairan pembersih untuk membersihkan komputer miliknya yang mengandung cukup banyak campuran alkohol” aku berkomentar
“Ya, tepat sobat” kata Shawn melirik kearahku
“Nah, sekarang kita punya dua tersangka utama” ujarku tersenyum
“Tidak Andi, data-data yang kita miliki sangat jauh dari kategoti lengkap” sela Shawn memotong kata-kataku “Aku rasa kita masih butuh data-data dari para saksi kunci dikejadian ini”
“Siapa?”
“Firasatku mengatakan, kak Chandra_lah orangnya. Menurutku dia orang yang akan membuka gembok pintu pembunuhan yang terkunci ini”
“Yah, terserahlah. Biasanya firasatmu memang terkadang benar kok” kataku
Ternyata tak terlalu sulit untuk mengorek informasi dari kak Chandra, meskipun harus kukorbankan uang saku_ku untuk mentraktirnya makan. Tentunya setelah diinterogasi oleh polisi yang baru saja tiba tadi.
Entah apa yang membuatnya lapar setelah teman akrabnya tewas.
Memang ia dengan jelas menceritakan semua yang kami ingin kami tahu, mulai dari pertemuan yang kurang menyenangkan antara korban dengan kak Anton. Sewaktu Anton pertama kali datang kerumah kost ini, Ken pernah menghinanya karena saat itu ia berpenampilan lusuh dan kotor sehingga dikira pengemis olehnya. Tapi tampaknya mereka telah melupakan kejadian itu.
Saat ini kami_aku dan Shawn sedang menikmati secangkir the hangat didalam restoran ‘TEA HOUSE’ diseberang rumahku. Diluar hujanpun terasa mulai reda, akupun mencoba memulai percakapan.
“Lalu, setelah aku pergikarena ibuku memanggil,apa lagi yang ia katakana?”
“Tak banyak, ia hanya berkata bahwa ia curiga pada kak Budi”
“Maksudmu simaniak komputer itu?”
“Ya” jawab Shawn “karena ia adalah orang yang keluar sesaat setelah korban diusir oleh Anton”
“Oh ya, apa dia cerita penyebab Anton dan Ken bertengkar?”
“Katanya, setelah makan,Anon keluar untuk mengambil air. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya ia kembali dengan dua botol air putih. Nah, saat itulah Anton mulai mengungkit-ungkit perselisihan mereka dahulu,yang diakhiri dengan keluarnya Ken dari kamar tersebut” ujar Shawn
Sambil menikmati secangkir the hangat, aku sangat terkejut waktu kulihat seseorang yang sedang duduk sendiri tak jauh dari tempat kami berada
“Hei Shawn,” kataku “Lihat! Aku sangat yakin bahwa orang yang memakai jaket tebal lusuh itu adalah kak Chandra” tambahku sambil melirik dan menunjuk kearah orang itu.
Sambil menyeruput habis minuman miliknya,sobatku ini langsung beranjak menuju kemeja orang yang tadi kutunjuk.
“Ayo Andi, jangan sia-siakan kesempatan ini. Ini peluang kita untuk memperoleh keterangan yang aku rasa adalah tangan kebenaran yang akan membuka pintu kejahatan ini”
Memang benar kata kak Chandra bahwa orang ini sulit diajak bicara, terlebih bila bersama orang yang tak terlalu dikenalnya.
Untunglah Shawn dapat membujuknya untuk tetap duduk dikursinya.
“Kak Budi, kami adalah teman kak Chandra” kata Shawn
“Oh,jadi kalian disuruh Chandra mengikutiku setelah dikatakan olehnya bahwa akulah pelaku pembunuhan ini hanya karena aku keluar dari kamar tersebut sesaat setelah Krn diusir oleh Anton?!!” katanya dengan sedikit emosi sambil terus menatap kami lekat-lekat.
“Tidak..,tidak. Kita hanya kebetulan minum disini” kataku mencoba meredam emosinya.
“Demi Tuhan, bukan aku pembunuhnya!” katanya dengan suara yang lebih datar dan lirih. Ia melanjutkan “Aku buru-buru keluar karena aku mencium aroma bensin diluar sana. Aku kira tangki motorku bocor, tapi syukurlah ternyata tidak”
“Tunggu dulu kak, tadi kakak bilang bahwa Ken diusir oleh Anton?”
“Ya, bahkan ia terlihat begitu bersemangat untuk mengusirnya”
“Kira-kira saat itu jam berapa kak?”
Ia terdiam sejenak, seperti sedang mengingat sesuatu. Lalu ia berkata “Yang kuingat, kami diajak Anton untuk makan-makan sekitar pukul sebelas,dan tepat pukul satu dini hari saya telah berada didalam kamar setelah memeriksa tangki motor yang kukira bocor tadi”
“Menurut kakak, siapa kira-kira yang melakukan ini?” tanyaku mencoba mencari arah pembicaraan yang berbeda
“Kalau menurutku, Denny_lah pelakunya. Aku berpapasan dengannya dilorong saat aku ingin pergi keWC sekitar pukul tiga pagi. Dan ketika kutanya ‘Kamu dari mana Den?’ ia hanya diam dan terus berjalan” kata-kata kak Budi terputus,tapi dengan suara perlahan ia melanjutkan
“Dan wajahnya kurasa seolah terus memandangiku dari belakang!”
“Kakak sudah mengatakan hal ini pada polisi kan?” sela Shawn
“Tentu saja” jawabnya singkat mengakhiri pembicaraan kami dam langsung pergi.
Setelah hujan diluar benar-benar reda, kamipun berencana kerumahku meski jam restoran telah menunjuk kearah setengah sembilan malam.
Tapi saat sampai didepan rumah kost pak Bobby, sobatku ini tiba-tiba mengubah arah tujuannya.
“Aku pergi sebentar untuk menemui kak Denny. Kamu duluan aja ya, nanti kususul” ia berseru sambil berlari tanpa menghiraukanku
Entah apa yang dibicarakannya disana selama setengah jam,akupun memutuskan untuk segera menyusul. Namun niat tersebut tak pernah kubuat karena pintu rumahku diketuk seseorang.
“Lama amat,” kataku sedikit kesal sambil membuka pintu setelah sesaat sebelumnya kulihat wajah orang yang kutunggu telah tiba.
“Akhirnya…semuanya jelas sobat!”
Katanya tanpa perasaan bersalah padaku.
“Siapa orangnya?” tanyaku penasaran tapi tanpa rasa kesal.
“Kita sudah cukup terkejut hari ini sobat. Lebih baik sekarang kita tidur, aku hanya ingin permisi padamu. Aku akan pulang” jawabnya sambil terus berlalu berbalik badan membelakangiku dan terus berjalan diantara dingin serta gelapnya malam sunyi ini.
Sekarang pukul sembilan lewat lima belas menit.
Aku hanya bisa dibuatnya gelisah menjelang saat yang kutunggu-tunggu tiba.
Keesokan harinya dirumah kost pak Bobby, tepatnya dihadapan kelima orang saksi kunci pembunuha ini kami semua berkumpul.
“Andi,apa masih ingat dengan tempat alat tulis yang kosong karena pulpen dan pinsil yang seharusnya berada didalamnya malah tertumpuk disamping-sampingnya?” sebuah pertanyaan dari Shawn seolah menjadi pembuka percakapan dipagi ini.
“Kalau maksudmu yang ada dikamar almarhum kak Ken, tentu saja aku ingat” jawabku dengan perasaan mengantuk karena semalaman tak nyenyak tidur.
“kalau tentang bau bensin yang tercium oleh kak Budi semalam sebelum terbunuhnya korban?”
“Aku rasa aku masih ingat”
Dengan diiringi tatapan kami semua, termasuk beberapa polisi yang masih menyelidiki,Shawn malanjutkan kata-katanya sambil tipis tersenyum
“Jadi, apa kesimpulanmu Andi?”
“Kok aku sih yang ditanya apa kesimpulannya?!” Aku menyahut dengan sedikit emosi kepadanya.
“Maaf sobat, aku benar-benar tak bermaksud membuatmu kesal” ia berujar seolah mengerti perasaanku
“Baiklah, sekarang saya hanya akan berkata bahwa anda kak Anton adalah pelaku pembunuhan ini!” Sambil berdiri ia melanjutkan
“Dan motifnya sangat jelas adalah balas dendam atas penghinaan yang dilakukan korban kepada anda sewaktu pertram kali anda datang ketempat kost ini. Lalu…” sobatku inimenghentikan kata-katanya, kelihatan ia sedang menarik nafas pamjang untuk meneruskan hipotesanya “trik yang anda gunakan kira-kira seperti ini:
Saat semua orang anda ajak makan-makan dikamar anda_ini sangat mudah dilakukan. Mana ada yang menolak diajak makan gratis, terlebih saat akhir bulan begini. Lalu anda keluar kamar dengan alasan mengambil minuman didapur_padahal anda menyelinap kekamar korban untuk menuangkan bensin kedalam lubang-lubang tempat alat tulis yang telah anda kosongkan, yang dilanjutkan dengan memasukkan potongan-potongan gabus kedalamnya” Shawn kembali menjelaskan
“Sebagai seorang pengrajin gabus anda tentu tahu mana gabus yang mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi manusia_Semua orang juga tentu tahu bahwa bilq gabus dimasukkan kedalam bensin akan menghasilkan gas. Kemudian anda tinggal keluar untuk kembali kekamar dan mengusir Ken keluar dari kamar anda dengan cara mengungkit-ungkit perselisihan diantara kalian”
“Tapi itu tidak dapat menjamin bahwa kak Ken akan kembali kekamarnya kan Shawn?”
“Kita harus ingat bahwa ini semua terjadi pada malam hari, tepatnya lewat tengah malam,serta juga kebetulan sedang turun hujan lebat. Kemana lagi seorang anak kost akan pergi setelah kenyang makan dan langsung disambung dengan pertengkaran yang baru dialaminya selain masuk kekamarnya sendiri?!” jawab Shawn dengan penuh percaya diri.
“Sudah sepantasnya ia merasakan kematian!!!”
Itulah perkataan kak Anton yang sangat tiba-tiba dan sangat mengejutkan,ia terlihat santai mengakui perbuatannya. Seolah memang telah siap menerima hukuman yang akan menimpa dirinya nanti.
Saat perjalanan pulang, aku pun masih sempat untuk berbicara tentang peristiwa yang baru saja terjadi.
“Tapi, dari mana kamu tahu kak Antonlah pelakunya?” tanyaku “padahal sejak awal aku berpikir kak Dennylah sang pembunuh itu” tambahku “Sebetulnya setelah kami bertemu kak Budi” kataku dalam hati
“Aku juga sebelumnya berpikir demikian…”
“Lalu ?”
“Namun,ketika aku mengunjungi kak Denny semalam,terlebih setelah berbicara dengannya,aku sangat yakin bahwa dia mengalami sedikit gangguan pada pendengarannya” jelas Shawn “Maka tak heran bila sapaan kak Budi tidak dijawabnya,malah ia hanya memandanginya. Itu tak lebih dikarenakankak Denny tidak begitu jelas dan merasa apakah kak Budi benar-benar menyapanya apa tidak” tambah Shawn
“Tapi, kenapa para polisi itu tidak tahu trik yang digunakan kak Anton ya Shawn…?”
“Bukan tidak tahu Andi, tapi lebih tepat bila kita mengatakan ‘belum tahu ‘, karena butuh pemeriksaan dan penyelidikan lebih lanjt untuk menyimpulkan hal tersebut” Tutup Shawn.
Mlm”16 juli 2006